Kebenaran Yang Memerdekakan

Sepanjang tahun 2024, terutama pada akhir tahun, kita disuguhi berbagai berita seputar peristiwa yang terjadi, baik di dalam maupun di luar negeri, di berbagai media massa dan media sosial. Beragam peristiwa terjadi sepanjang tahun lalu, baik positif maupun negatif. Berbagai peristiwa, seperti  musibah, bencana alam, perang, kecelakaan, dan kriminalitas terjadi silih berganti. Kejahatan dan pembunuhan oleh oknum aparat terjadi di mana-mana. Kecelakaan pesawat di Korea Selatan dan Azerbaijan. Semua ini menggambarkan betapa dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Memasuki tahun 2025 bayangan peristiwa tersebut terus menghantui kita dan masyarakat kita. Hal ini membuat kita semua merasa khawatir dan takut akan masa depan. Bahkan kita juga takut untuk membela dan mengungkapkan kebenaran.

Apakah kita akan selamanya tenggelam dan terpuruk dalam ketakutan dan kekhawatiran akan segala peristiwa yang terjadi dewasa ini? Kehadiran Kristus mengajak kita untuk melihat semua itu sebagai tantangan dan peluang untuk berani mewartakan kebenaran, serta berani untuk melangkah maju dan tidak gentar dalam menghadapi setiap peristiwa yang tidak mengenakkan dalam hidup kita.

Apakah yang dapat kita lakukan agar kita beroleh kebenaran yang memerdekakan kita dari kekhawatiran dan ketakutan atas apa yang akan terjadi di tahun 2025? Bacaan Pertama mengajak kita untuk percaya akan kebenaran yang memerdekakan. Anak-anakku terkasih, “Jikalau kamu tahu bahwa Ia (Yesus Kristus) benar, kamu harus tahu juga bahwa setiap orang yang melakukan kebenaran, lahir dari Dia” (1Yoh. 2:29). Kita pun harus tetap menaruh pengharapan pada Tuhan. Karena kita percaya, dalam setiap tantangan dan ketidakpastian hidup, kita melangkah dengan rasa damai dan aman karena janji-Nya ya dan Amin. “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci” (1Yoh. 3:3). Keyakinan ini mendorong kita untuk berani membela dan menyatakan kebenaran, sekalipun hal tersebut bisa membawa akibat buruk untuk kita, bahkan tidak jarang nyawa taruhannya.

Janji Tuhan inilah yang membuat kita mampu melangkah dengan gagah berani serta iman yang kuat dan teguh dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, meski seringkali tindakan kita menyerempet bahaya. Sama seperti Yohanes Pembaptis dengan penuh keberanian memberi kesaksian demikian: “Aku telah melihat-Nya dan aku memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah!” (Yoh. 1:34).

Beranikah kita membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan? Beranikah kita berbeda dengan dunia? Beranikah kita untuk tidak ikut arus dalam pergaulan? Beranikah kita untuk tidak terpengaruh segala hal buruk di lingkungan sekitar? Beranikah kita menjunjung tinggi kejujuran dan integritas di tempat kita bekerja? Kiranya Tuhan senantiasa mampukan dan menjadikan kita pribadi yang berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan. Karena kebenaran sungguh memerdekakan kita dari segala ketakutan dan kekhawatiran hidup.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *