Kesetiaan Dalam Menanti Janji Tuhan (2 Februari 2024)

Renungan dari bacaan Maleakhi 3:1-4, Lukas 2:22-40
“Mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu” (Luk. 2:30)

Kanak- kanak Yesus dipersembahkan kepada Tuhan oleh orang tuanya pada hari ke-40 sesudah kelahiran-Nya. Hal ini dilakukan sesuai dengan peraturan hukum Taurat tentang anak laki- laki sulung: “Setiap anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Tuhan  (Kel. 13:2. 12.15). Dalam menyerahkan anak sulung mereka kepada Tuhan, orang tua Yesus menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang telah  ditetapkan dalam hukum Taurat dan sangat menaati perintah Tuhan. Maria dan Yosef menunjukkan kesalehan, kepatuhan, dan kesetiaan keluarga Yesus terhadap perintah Tuhan. Mereka menjadi teladan bagaimana hidup dalam ketaatan, kesalehan, dan pengharapan kepada Tuhan.

Pertemuan keluarga Yesus dengan Simeon dan Hana sangat dinanti-nantikan, sebab Yesus sangat berharga bagi mereka. Bagi Simeon, Yesus adalah keselamatan yang datang dari Tuhan (Lukas 2:29). Hana menyatakan bahwa  banyak orang menantikan Yesus yang akan membebaskan Yerusalem ( Luk 2:38). Simeon dan Hana adalah mereka yang setia memegang janji keselamatan Tuhan yang diwartakan oleh para nabi. Dari cara hidup mereka tampak bahwa kesetiaan itu merupakan suatu perjuangan yang harus dilakukan secara konsisten. Simeon dan Hana, contohnya, selalu setia datang ke Bait Allah untuk beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Simeon dan Hana mengajarkan kita untuk selalu peka terhadap karya Tuhan dan bersyukur atas janji keselamatan yang telah digenapi dalam Yesus Kristus.

Injil hari ini mengajak kita untuk seperti Simeon dan Hana selalu menantikan perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Mereka menyadari bahwa Tuhan benar- benar hadir melalui Yesus Kristus. Kehadiran Yesus  membawa pengharapan baru bagi keselamatan umat manusia dan membawa kegembiraan yang besar bagi mereka yang dengan setia menantikan kedatangan-Nya. Simeon dan Hana sangat berbahagia ketika bertemu dengan Tuhan Yesus. Kita pun harus menjadikan hidup kita bahagia ketika bisa menemukan Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan kita. Hanya dengan hati yang setia kita akan makin peka untuk mengenal kehadiran  Tuhan Yesus dalam setiap peristiwa yang kita alami sehari-hari.

Hidup dan karya Yesus kita tanamkan dalam diri kita melalui hidup yang diwarnai dengan doa, puasa , dan tindakan kasih. Mereka yang telah dibaptis, mempersembahkan diri dan hidup bagi Tuhan, sudah sepantasnya memberikan yang paling bernilai, bukan mempersembahkan yang tersisa. Apa yang telah kita persembahkan kepada Tuhan? Ketika mempersembahkannya, apakah kita tulus mempersembahkannya? Ketika kita hadir dalam perayaan Ekaristi, apakah kita mengikutinya dengan sepenuh hati atau kita mengikutinya hanya karena rutinitas belaka? Apakah kita telah meluangkan waktu mengikuti ekaristi dengan sebaik- baiknya dengan datang lebih awal dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Tuhan dengan penuh sukacita seperti sukacita yang dialami oleh Simeon dan Hana ketika mengenali Yesus  Sang Mesias yang telah mereka nantikan?

Dalam era modern, di dunia yang serba cepat, kita sering kali sulit mengenal karya Tuhan di tengah kesibukan dan pergumulan. Banyak orang kehilangan kesabaran dalam menunggu jawaban doa dan penggenapan janji Tuhan. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya ketekunan dan keyakinan bahwa waktu Tuhan selalu sempurna, walaupun kadang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Ketika kehidupan kita menghadapi tantangan dan pergumulan, jangan berputus asa dan menyerah. Kita diajak untuk meneladani sikap Maria, Yosef, Simeon, dan Hana, serta menjadikan hidup kita persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Kiranya kasih Tuhan akan selalu menopang kita. Tetaplah setia dan selalu berpengharapan pada-Nya serta menjalani hidup yang bermakna dalam Tuhan.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *