Yesus Sang Penyembuh Sejati (4 Februari 2025)

Bacaan: Ibrani 12: 1-4; Markus 5: 21-43
“Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (Mrk. 5:28)

Salah satu tugas pelayanan seorang prodiakon di paroki kami adalah mendoakan orang sakit. Biasanya setiap minggu ia mengunjungi rumah sakit untuk mengantar komuni kepada orang sakit yang tidak dapat beribadah ke gereja. Harapannya umat yang dilayani itu mengalami kehadiran Tuhan dan bisa menerima komuni kudus. Suatu hari saya mendapat kesempatan mengunjungi seorang bapak yang harus cuci darah setiap minggu. Saya melihat pergumulannya, semangatnya  untuk sembuh dari sakitnya, dan yang paling mengagumkan saya ialah iman dan harapannya yang besar kepada Yesus.

Sebagaimana diceritakan dalam Injil, terdapat dua orang yang mencari kesembuhan: Yang pertama adalah Yairus seorang kepala rumah ibadat yang ingin putrinya disembuhkan. Yang kedua adalah seorang Perempuan yang ingin disembuhkan dari sakit pendarahan yang tak kunjung membaik. Sebagai harapan terakhir mereka dengan rendah hati memohon kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan. Menyadari betapa tidak berdayanya dirinya,  ia memohon belas kasih Tuhan. 

Orang yang sakit tentu menderita secara fisik dan mental. Sebab, pengidap penyakit tertentu adalah najis dalam pemahaman orang Yahudi (Im. 11-14). Kondisi najis yang berarti kotor menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah. Dalam aturan peribadatan hanya orang bersih dan pantas dapat hadir di hadapan Allah (Kel. 19:10). Maka Yairus hanya meminta Yesus menumpangkan tangan (ay. 23), demikian juga dengan perempuan yang sakit pendarahan,  ia hanya berani menyentuh pakaian Yesus (ay. 27.28)

Yesus menyembuhkan orang sakit  dan membangkitkan yang mati,  karena Yesus adalah sumber kehidupan, kuasa-Nya jauh lebih kuat  daripada segala penyakit dan kematian. Namun, pada zaman sekarang ini,  kita melihat ada orang yang disembuhkan dari sakit dan ada yang tidak. Memang Yesus tidak menyembuhkan semua orang yang sakit. Hal ini seringkali membuat orang kecewa dan marah kepada Tuhan, tidak lagi berdoa, bahkan tidak lagi pergi ke gereja.  Untuk itu kita perlu bertanya sejauh mana iman kita kepada Tuhan, apakah kita sungguh mempercayakan hidup kita kepada Tuhan?  Apakah kita beriman dengan syarat Allah harus berbuat sesuai dengan keinginan kita?  Sebab, iman tidak terbatas pada hal-hal fisik saja. Ketika sakit, justru yang kita butuhkan adalah iman dan harapan kepada Tuhan. Kita harus percaya semua boleh terjadi sesuai dengan keinginan dan kehendak Tuhan.

Tuhan Yesus datang ke dunia tidak hanya untuk menyembuhkan penyakit fisik, melainkan terutama  untuk menyelamatkan kita dari dosa. Dia datang untuk memberikan kepada kita kepenuhan hidup agar kita bisa menyentuh dan merasakan kasih Tuhan. Mari kita sambut kedatangan-Nya dengan penuh iman dan harapan.

Penulis

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *