Yang Miskin dan Berbahagia (16 Februari 2025 )

Renungan dari Bacaan: Yeremia 17:5-8 dan Lukas  6:17. 20-26.
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yeremia 17:7)

Tentu banyak orang setuju jikalau kebahagiaan adalah tujuan yang didamba dan diharapkan oleh setiap orang dalam kehidupan di dunia ini. Namun, kebahagiaan sering kali diidentikkan dengan seberapa banyak materi yang dipunyai seseorang. Semakin banyak harta benda duniawi yang dimiliki, semakin Bahagia pula ia. Yang mempunyai mobil dipandang lebih bahagia daripada yang mempunyai sepeda motor; yang mempunyai rumah mewah dipandang lebih bahagia daripada yang memiliki rumah sederhana.

Yesus mengajarkan  Sabda Bahagia dan Sabda celaka di “Tanah yang datar”,  simbol kehidupan yang sederhana, rendah hati, dan tidak berorientasi pada kekayaan material dan yang terbuka untuk menerima kebaikan dan berkat dari Allah. Dengan hati terbuka dan kerendahan hati kita dapat memandang dan melihat Tuhan  seperti  umat Israel dulu. Sabda bahagia ini disampaikan bukan kepada 12 orang murid saja tetapi kepada banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus pada saat itu hingga kini. Murid adalah mereka yang memandang Tuhan Yesus sebagai guru dan memilih untuk mengikut Dia.

Ada 4 hal penting dalam ucapan bahagia versi Injil Lukas :

Yang pertama: berani hidup miskin, artinya mau melepaskan segala sesuatu bahkan harta benda untuk mengikuti Tuhan Yesus. Murid-murid Yesus melakukannya. Mereka meninggalkan pekerjaan dan kenyamanan hidup untuk mengikuti Yesus.  Sebagai gantinya Tuhan Yesus menjanjikan kekayaan surga yang melebihi kekayaan duniawi. Orang miskin” (Yun. ptochos) adalah orang yang hidup rendah dan yang menderita di dalam dunia, yang mengandalkan Allah dengan mencari pertolongan-Nya. Mereka  setia kepada Allah dan menantikan Allah melepaskan umat-Nya dari dosa, penderitaan, kelaparan dan kebencian yang ada di dalam dunia.

Yang kedua: lapar dan haus akan kebenaran, menyadari diri berada dalam kekurangan dan bersandar hanya kepada Tuhan sehingga mereka akan dipuaskan oleh Tuhan.

Yang ketiga: menangis dan berduka, yaitu bersedih karena ketidakadilan, karena penindasan, karena kedukaan dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri untuk melawan semua itu melainkan berseru dan berserah hanya kepada Tuhan. Mereka juga menangis dan menyesal karena sadar akan kesalahan dan dosa mereka. Mereka akan dihibur sehingga pada saatnya mereka akan bersukacita. 

Yang keempat: dicela, dihina, dan direndahkan oleh orang karena mengikuti Tuhan Yesus.  Mereka yang tetap setia kepada Tuhan walaupun banyak tekanan yang mereka terima, mereka tidak mendapatkan kehormatan di bumi tetapi Tuhan menjanjikan kehormatan dan upah di surga. 

Mungkinkah sabda-sabda ini terwujud dalam kehidupan nyata? Ya, tentu saja bisa, yakni ketika batin kita mampu menemukan Tuhan, sehingga kita mampu bersyukur dalam setiap peristiwa kehidupan kita. Keadaan yang sulit, situasi yang tidak menguntungkan, bahkan tragedi yang berat, bukan penghalang bagi kita untuk bahagia. Bahagia itu letaknya bukan di sana, di dalam diri orang lain yang kita nilai lebih dari kita, bukan juga pada banyaknya materi yang kita miliki, tetapi di sini, di dalam diri kita sendiri, yakni ketika kita menyadari dan mensyukuri betapa besar kasih Tuhan kepada kita. Kata ‘bahagia’ di sini bukanlah bahagia menurut ukuran dunia. Juga bukan suatu ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati kita. ‘Bahagia’ di sini adalah dalam pandangan Tuhan.

Sedangkan penderitaan di dunia ini belum ada apa-apanya dibanding dengan kebahagiaan kekal yang dijanjikan-Nya. Lebih baiklah kita miskin namun memiliki Kerajaan Allah daripada kita kaya namun tidak memiliki Kerajaan Allah. Maka menjadi murid-Nya berarti siap hidup meneladan Guru Agung, yakni Yesus Kristus. Mungkin kita harus kehilangan pekerjaan tetap atau sumber kekayaan yang menjadi hidup kita selama ini. Mungkin kita akan mengalami kelaparan, namun motivasi yang murni dan kesetiaan kita pada panggilan-Nya akan menuntun kita pada kebahagiaan sejati, yang tidak dapat digantikan dengan materi.

Dalam bacaan pertama, Nabi Yeremia  menubuatkan bahwa orang yang percaya pada Allah harus bergantung pada-Nya, bukan pada kekuatan sendiri (Yeremia 17:5-8). Hal ini sejalan dengan ucapan bahagia Yesus yang menekankan bahwa orang yang percaya pada Allah harus bergantung pada-Nya, bukan pada kekuatan sendiri. Karena orang yang percaya pada Allah dan bergantung pada-Nya akan menerima berkat dan keselamatan.
Yesus memberi empat perkataan celaka  yang ditujukan kepada mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji orang. Keempat ucapan celaka ini untuk mengingatkan dan juga sebagai panggilan pertobatan bagi mereka yang tergoda menjadi sombong, arogan, dan mati nurani ketika memiliki kekayaan dan kemakmuran yang berlimpah.

Intinya,  kekayaan dunia ini dapat menjadi berhala bagi manusia. Agar tidak dikendalikan oleh kekayaan, harta harus dijadikan sebagai sarana bukan tujuan. Harta digunakan untuk memuliakan Tuhan dengan mau berbagi kepada orang yang membutuhkan di sekitar kita. Tidak mencari harta dengan cara yang tidak terpuji. Bersikap ugahari, yakni  hidup sederhana dan tidak berlebihan.

Mari kita merefleksikan Sabda bahagia ini  dengan memperhatikan sejenak Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil) dari Paus Fransiskus berikut ini: Hati Allah memiliki tempat khusus bagi kaum miskin sedemikian besarnya sehingga Ia sendiri “menjadi miskin” (2 Korintus 8:9).

Penulis

Komentar

  1. Luar biasa renungannya Lucia. Trm ksh ya, renungannya meneguhkanku yg sdg dalam masa2 pergumulanku saat ini. Rupanya ini jawaban Tuhan melaluimu. Tuhan memberkatimu selalu utk trs jd berkat bg sesama.

    1. Semoga dalam perjalanan hidup ini, Sabda Bahagia menuntun kita untuk senantiasa berpusat pada Kristus Yesus yang menjadi pedoman hidup orang beriman, yaitu Sabda Yesus yang membangkitkan semangat saat suara hati nurani manusia mulai luntur/mati suri di hati kita. Amin. 🙏

  2. Sangat memberkati saya renungan Lucia.
    Empat perkataan celaka yang ditujukan kepada mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji orang. Keempat ucapan celaka ini untuk mengingatkan dan juga sebagai panggilan pertobatan bagi mereka yang tergoda menjadi sombong, arogan, dan mati nurani ketika memiliki kekayaan dan kemakmuran yang berlimpah.
    Renungan ini menjadi Pengingat ,untuk saya lebih waspada, & hati hati tidak tergoda menjadi sombong- Arogan-bahkan mati nurani. Dan terus MENGANDALKAN TUHAN dalam setiap pekerjaan.
    Terimakasih Lucia. ,
    Jesus loves you and so do I

  3. Terimakasih kak Nina. Smoga kita mampu Untuk mengikuti Yesus dimana kita harus mengalami hal yang sama seperti Yesus, yaitu memilih miskin dalam arti tidak terikat dengan dunia, popularitas dan sebagainya. Dengan miskin, kita mempunyai ketergantungan dari kekurangan kita pada yang lebih besar, yaitu Allah sendiri yang ada di hati orang miskin. 🙏🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *