Di Tengah Kegelapan, Ada Harapan (18 Februari 2025)

Renungan dari Bacaan: Kejadian 6:5-8; 7:1-5.10; Markus 8:14-21
“Aku menyesal bahwa Aku telah menjadikan mereka. Tetapi, Nuh mendapat kemurahan hati TUHAN.”

Kejadian 6:5-8 menggambarkan kondisi dunia yang sangat memprihatinkan. Kejahatan manusia telah mencapai puncaknya, bahkan pikiran dan hati mereka dipenuhi dengan kejahatan. Setiap pikiran manusia hanya menghasilkan kejahatan sepanjang waktu, yang menyebabkan Tuhan berduka dan menyesali penciptaan manusia. Allah yang Maha Kudus pun berduka melihat ciptaan-Nya sendiri terjerumus dalam dosa.

Begitulah sifat dosa. Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, dosa selalu saja berusaha menarik manusia, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sudah diketahui tidak boleh dilakukan oleh manusia, karena dilarang oleh Allah. Manusia selalu burupaya untuk melakukan dan melanggar larangan Allah tersebut. Allah telah menetapkan batas-batas bagi manusia untuk menikmati keindahan relasi dengan-Nya, tetapi dosa menggoda manusia, untuk menganggap ringan peringatan Tuhan dan melewati batas tersebut. Dosa telah menarik manusia, agar manusia menyimpang dari jalan yang benar. Dosa selalu membuat manusia melawan kehendak Allah.

Dalam kebenaran inilah, kecenderungan hati manusia yang sering kali membuahkan kejahatan dapat dipahami. Ketika manusia melanggar ketetapan Allah, ia akan terpenjara oleh keinginan itu. Ia tidak mampu melakukan apa yang benar. Dosa memenjarakan manusia untuk terus-menerus melahirkan keinginan, lalu berbuat dosa.

Dari bacaan di atas, ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil, yaitu: Pertama, Kesedihan Tuhan atas kejahatan: Tuhan merasa sedih dan menyesal ketika melihat kejahatan manusia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hidup yang berkenan di hadapan Tuhan dan betapa besar kasih dan perhatian-Nya terhadap ciptaan-Nya. Kedua, Kedaulatan Allah: Allah adalah Pencipta yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya. Allah berhak untuk bertindak, sesuai dengan keadilan dan kekudusan-Nya. Namun, di balik murka-Nya, tersimpan kasih Allah yang besar bagi manusia. Ketiga, Nuh sebagai teladan: Nuh mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan karena hidupnya yang benar. Hal ini mengajarkan kita bahwa di tengah-tengah kegelapan dan kejahatan, kita masih bisa hidup dalam kebenaran dan mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Di mana pun dan kapan pun, selalu saja ada harapan bagi orang yang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Beberapa contoh dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari: Di tempat kerja kita mungkin mengalami banyak persaingan yang tidak sehat, gosip, atau bahkan tindakan korupsi. Apakah kita akan ikut-ikutan atau memilih untuk tetap jujur dan berintegritas? Di Media Sosial, kita seringkali melihat berita bohong, ujaran kebencian, atau konten yang tidak pantas lainnya. Apakah kita akan ikut menyebarkannya atau memilih untuk menjadi agen kebaikan yang menyebarkan informasi yang benar dan damai? Dalam keluarga, kadang-kadang, kita merasa lelah dan kesal dengan anggota keluarga yang lain. Apakah kita akan membiarkan emosi negatif menguasai diri kita atau memilih untuk tetap sabar, mengasihi, dan memaafkan?

Apa yang sebaiknya kita lakukan, sebagai anak-anak Tuhan dalam menghadapi kegelapan yang terjadi di sekeliling kehidupan kita ini, seperti yang terjadi pada zaman ini?

Sikap kita dalam menghadapi kejahatan di sekitar kita: Dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan kekerasan, kita mungkin merasa putus asa atau tertekan. Namun, kita diingatkan bahwa Tuhan memperhatikan kita dan merasa sedih atas kejahatan. Kita bisa menjadi agen perubahan dengan tidak terlibat dalam perbuatan jahat dan memilih untuk melakukan kebaikan, meskipun sulit.

Menjadi Nuh modern: Kita bisa belajar dari Nuh yang tetap hidup benar, di tengah-tengah masyarakat yang jahat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjaga integritas, kejujuran, dan kasih dalam tindakan kita. Misalnya, di tempat kerja, kita bisa bekerja dengan jujur meskipun orang lain mungkin terlibat dalam kecurangan. Di lingkungan sosial, kita bisa menunjukkan kasih dan kepedulian terhadap sesama, bahkan ketika dihadapkan pada kebencian atau diskriminasi.

Dalam Kejadian 6:5-8, kita diingatkan akan kesedihan Tuhan atas kejahatan manusia dan panggilan untuk hidup benar seperti Nuh. Mari kita terus berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, menjadi terang di tengah kegelapan, dan memperoleh kasih karunia-Nya. Dengan demikian, kita bisa menjadi berkat bagi orang lain dan membawa terang di tengah kegelapan dunia ini.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *