Orang Kaya Yang Sukar Masuk Kerajaan Allah (3 Maret 2025)

Renungan Dari Bacaan Sirarkh 17: 24,-29 dan Markus 10:27-27
Markus 10:25 – “Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Injil Markus hari ini mengisahkan seorang muda kaya yang ingin memperoleh hidup kekal, tetapi pergi dengan kecewa setelah Yesus meminta agar ia menjual hartanya dan mengikut-Nya. Yesus menegaskan bahwa keterikatan pada harta duniawi dapat menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kekayaan sering kali membuat manusia lebih bergantung pada materi daripada pada Tuhan, sehingga hidup mereka hanya berfokus pada mengumpulkan dan menjaga harta.

Yesus menggunakan perumpamaan “unta yang lebih mudah melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Dalam konteks budaya saat itu, “lubang jarum” merujuk pada pintu darurat kota Yerusalem yang sempit dan hanya bisa dilewati unta setelah beban di punggungnya diturunkan. Perumpamaan ini mengajarkan bahwa kita harus berani melepaskan keterikatan duniawi untuk dapat mengikuti Tuhan sepenuh hati.

Santo Agustinus mengingatkan bahwa meskipun seseorang memiliki banyak harta, ia tetap miskin jika tidak memiliki harta abadi, yaitu kasih dan keselamatan dari Tuhan. Kekayaan bukanlah hal yang salah, tetapi jika seseorang menjadikannya sebagai pusat hidupnya, maka ia kehilangan kebebasan sejati. Orang kaya sering kali mengandalkan kekayaannya untuk memenuhi semua kebutuhannya sehingga tidak lagi merasa membutuhkan Tuhan.

Kitab Putera Sirakh menekankan pentingnya mencari keadilan dan kebenaran, yang sejalan dengan ajaran Yesus. Untuk melatih diri agar tidak terikat pada dunia, Gereja mengajarkan praktik matiraga dan amal kasih, seperti berpantang pada hari Jumat. St. Thomas Aquinas menegaskan bahwa amal kasih lebih berguna bagi yang melakukannya daripada bagi yang menerimanya, karena membawa manfaat rohani.

Keselamatan sejati hanya dapat ditemukan ketika kita bersedia melepaskan beban duniawi dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Seperti unta yang tunduk pada tuannya untuk melewati pintu sempit, kita pun diajak untuk tunduk pada kehendak Tuhan dengan meninggalkan segala sesuatu yang menghambat perjalanan kita menuju keselamatan. Tuhan menghendaki kita menjadi murah hati, lebih peduli kepada sesama, dan menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya.

Mari kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah ada hal-hal duniawi yang masih mengikat kita dan menghalangi kita untuk mengikuti Tuhan dengan bebas? Semoga kita diberi kekuatan untuk berani melepaskan beban duniawi, hidup dalam kemurahan hati, dan semakin mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Amin.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *