Melakukan Kehendak Allah dengan Lebih Benar (5 Maret 2025)

Bacaan: Yoel 2: 12-18; Matius 6: 1-6. 16-18.
“… maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6: 4)

Yesus menghendaki murid-murid-Nya melakukan kehendak Allah dengan benar (”Jika hidupmu tidak lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi …”; Mat. 5:20). Kesalehan yang tidak mencari pujian manusia akan diganjar Bapa secara bebas dan murah hati.

Yesus mengajarkan tiga contoh kesalehan yang dilakukan secara tulus: sedekah, doa, dan puasa. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi memang mempelajari Taurat tetapi mereka melakukannya dengan cara yang salah.

Dalam Matius 6:1-18 Yesus memberikan contoh perbuatan kesalehan yang salah, yakni kesalehan yang dilakukan untuk dikagumi manusia. Kesalehan yang demikian akan kehilangan upah dari Bapa di Surga. Yesus mengajak murid-Nya untuk memberi sedekah bagi orang miskin secara pribadi dan sukarela, bukan untuk menarik perhatian orang banyak atau supaya dijadikan tontonan orang-orang lain.

Dalam hal memberi sedekah sebaiknya hanya kita saja yang tahu. Orang lain tidak perlu tahu akan bantuan yang kita berikan. Selain itu pemberi sedekah tidak perlu mengingat-ingat bantuannya itu. “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka …” (Mat 6: 4).

Kesalehan berikutnya adalah tentang doa pribadi yang tulus. Doa pribadi pun bisa juga dijadikan sebagai ajang pamer kesalehan agar mendapatkan pujian dari orang-orang. Yesus meminta para murid-Nya agar berdoa di ruang yang tertutup, bahkan terkunci, artinya berdoa benar-benar dalam kerahasiaan, dengan kesederhanaan dan kesatuan hati, tidak memamerkan kepada siapa pun. “Jika kamu berdoa … Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6: 6).

Kesalehan berikutnya adalah puasa. Pada kenyataannya memang tidak mudah menjalankan puasa karena ada berbagai tantangan yang harus kita hadapi dan lewati saat menjalankannya. Kita harus tetap menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari, bertemu orang orang di berbagai tempat, berada di berbagai situasi yang berlainan.

Tidak jarang harus rela dicap sebagai orang yang sombong karena acap kali harus menolak suguhan yang dihidangkan, harus menahan emosi untuk tidak marah kala menemui hal yang tidak beres, menjaga tindak tanduk agar tidak membuat marah orang lain, dan masih banyak lagi yang lainnya. Yesus menyuruh murid-murid-Nya berpuasa secara pribadi dan sukarela: “Minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu”.

Dengan menjalankan itu semua mereka akan tampak seolah-olah tidak sedang bepuasa. Sebab, penampilan mereka akan tampak segar dan tetap rapi dengan wajah ceria. Meskipun pada kenyataannya mereka sedang menahan rasa lapar dan haus, mereka tetap bertindak tenang.

Bagaimana tindakan kesalehan yang kita buat seperti memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa? Apakah kita melakukannya benar-benar dengan tulus, atau hanya sekedar supaya dilihat orang dan dipuji? Kiranya kesalehan selalu kita buat agar dilihat hanya oleh Bapa di surga, yang melihat segala yang tersembunyi itu dan akan membalasnya dengan murah hati.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *