Pertobatan adalah Panggilan Allah, Keputusan Manusia, dan Proses (14 Maret 2025)

Renungan dari bacaan Yehezkiel 18 : 21 – 28 dan Mat 5 : 20 – 26
“Tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Matius 5:24

Bacaan Yehezkiel mengedepankan tanggungjawab pribadi seseorang atas pilihan jalan hidupnya. Hidup manusia tidak ditentukan oleh takdir, tetapi oleh jalan hidup yang dipilihnya: jalan kehidupan, atau jalan kematian. Anak tidak memikul dosa orang tua seperti yang umumnya dipercaya pada zaman itu. Tuhan menghendaki agar semua manusia selamat, dan pertobatan menghapus bersih semua dosa orang yang bertobat. Yehezkiel menawarkan harapan bagi orang yang terpuruk dalam hidup yang jahat. 

Bacaan Matius melengkapi bacaan Yehezkiel, di mana Yesus menunjukkan bahwa jalan kehidupan yang membawa jiwa seorang ke dalam kerajaan surga (hidup bersama Tuhan Allah sang Kasih) haruslah otentik, asli, murni dari hati, bukan cuma asal mengikuti hukum-hukum lahiriah, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dalam jalan kehidupan bersama dengan Tuhan sang Kasih, akan terpancar perbuatan kasih di mana motivasinya adalah demi kebaikan sesama, bukan kepentingan pribadi yang semu seperti mencari nama baik, pujian, dan kesombongan.

Pertanyaan yang penting adalah bisakah hal ini tercapai dalam kehidupan nyata di dunia ini? Bagaimanakah kenyataannya? Bisa, jika seseorang hidup secara radikal dalam persatuan yang erat dengan Allah Bapa, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dan para orang kudus pengikut-Nya dari zaman Yesus hingga sekarang. Roh Allah akan menyertai dan mendukung keputusan yang diambil untuk hidup dalam kasih Allah Bapa.

Dengan demikian motivasi hidupnya semakin dimurnikan dan semakin penuh dengan kasih melalui proses kehidupan manusiawi yang interaktif dengan Roh Kudus. Kata-kata yang penting adalah: Roh Allah, orang kudus, keputusan, dan proses kehidupan manusiawi.  Inisiatornya adalah Roh Allah. Orang kudus adalah orang yang mengambil keputusan untuk menanggapi panggilan Allah. Kekudusan adalah proses yang terjadi selama hidup. 

Dalam Matius 5:21-26, Yesus menyebutkan hanya 2 hal dari banyak aspek hidup yang perlu diperhatikan untuk hidup dalam jalan Tuhan: relasi marah vs pembunuhan, perdamaian manusia dengan Allah (melalui persembahan) vs perdamaian antar manusia. Kemarahan bisa menjadi bibit dari pembunuhan. Namun, kemarahan adalah karunia Tuhan yang diperlukan dalam  kehidupan manusiawi yang sehat. Pada kunjungannya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, Yesus marah dan menjungkir balikkan meja-meja pedagang di pelataran bait Allah.

Kemarahan yang sehat bisa menjadi energi yang besar yang diperlukan untuk mengoreksi kesalahan dan mendorong orang berbalik untuk mengikuti jalan Tuhan.  Hidup yang damai bersama Allah tidak bisa terjadi tanpa hidup damai dengan sesama manusia. Bagaimana bisa hidup dalam damai sejati jika masih ada konflik dalam hati dengan sesama? 

Allah selalu memanggil manusia untuk hidup dalam kasih-Nya. Manusia mempunyai pilihan bebas untuk menanggapinya: ya atau tidak. Anda yang sudah dibaptis telah mengambil keputusan untuk menjawab ya pada panggilan-Nya. Keputusan ini selalu diuji setiap hari dan setiap saat dalam peristiwa hidup sehari-hari. Roh Allah selalu mendampingi bagaimana hidup selaras dengan kasih Allah. Kepekaan akan kehadiran Roh Allah akan makin terasa seiring dengan perjalanan iman.

Namun, pertobatan adalah proses sepanjang hidup, suatu perjalanan/peziarahan dan kita tidak selalu bisa mengidentifikasi jalan Tuhan dengan jelas dan mudah. Doa tak kunjung putus diperlukan dalam peziarahan ini. Tuhan Allah memberkati.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *