Renungan dari Bacaan Yeremia 7 : 23 – 28 dan Lukas 11 : 14 – 23 “Mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat” (Yer. 7:24) |
Ferry adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam keluarga yang taat beragama. Sejak kecil, ia dididik dan dibiasakan untuk disiplin dalam segala hal oleh orang tuanya, termasuk rajin berdoa bersama keluarga setiap malam dan rajin ke Gereja setiap hari Minggu. Jika ada satu saja hal yang dilanggar dan tidak dipatuhi, maka orang tuanya tidak segan-segan memukul dan menghajarnya dengan rotan. Namun, dalam hatinya ia berontak. Ia merasa bahwa hidupnya terlalu dikekang, dan ia berperilaku disiplin dan rajin beribadah karena takut akibatnya. Kedisiplinan seperti ini dikenal dengan istilah disiplin semu dalam Ilmu Psikologi.
Setelah lulus SMA, Ferry merantau ke Jakarta untuk kuliah. Ia merasa bebas karena tidak ada lagi yang bisa melarangnya seperti yang dahulu dilakukan oleh orang tuanya di kampung. Ia menikmati hidupnya dengan pesta pora, teman-teman baru, dan sering berperilaku seenaknya. Ia menjadi orang yang berkelakuan kasar, preman, tukang berkelahi, pukul orang, libas orang, pelaku tawuran antar mahasiswa/antar kampus setiap kali ada masalah, gesekan, dan senggolan dengan orang atau kelompok lain. Bahkan ia pun sering mabuk-mabukan dan main perempuan.
Pada suatu hari ketika Ferry sedang berkumpul bersama dengan teman-teman kuliahnya di suatu bar, tiba-tiba salah satu dari mereka mengolok-olok dan menghinanya. Ferry kalap dan menikam temannya itu dengan pisau hingga tewas. Akibatnya, Ferry harus berurusan dengan polisi dan dipenjara. Tentu saja hal ini membuat Ferry harus drop out dari kuliahnya.
Kisah ini mengajarkan bahwa hati yang degil membuat manusia tertutup akan karya dan belas kasih yang telah dilakukan oleh Allah. Penghayatan demikian hanya akan membuat kita gelap mata, bahkan menolak kuasa Tuhan yang menolong dan menyelamatkan kita dari segala kejahatan. Hal ini tepat seperti yang digambarkan oleh Nabi Yeremia dalam bacaan dari Kitab Yeremia hari ini. “Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya” (Yer. 7:24). “Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka” (Yer. 7:28). Tuhan Yesus pun menegaskan hal serupa dalam bacaan Injil Lukas hari ini. “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Luk 11:23).
Melalui bacaan-bacaan suci hari ini, kita diajak untuk berani mengakui kesalahan dan kembali kepada Tuhan, serta percaya bahwa kasih Tuhan selalu tersedia bagi kita. Selain itu, kita juga diundang untuk mengampuni sesama seperti Tuhan telah mengampuni kita.
Seperti anak yang hilang, tentu saja kita semua pernah menjauh dari Tuhan (Luk. 15:11-32). Namun, hari ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk kembali ke pelukan-Nya. “Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!” (Yer. 7:23). Tuhan tidak menunggu kita dengan hukuman, tetapi dengan kasih dan pengampunan. Ia ingin kita setia dan taat kepada-Nya. Karena Ia sangat mengasihi kita, Ia ingin kita semua selamat. Apakah kita siap untuk kembali kepada-Nya?
Penulis

