Belas kasih Tuhan (7 April 2025)

Bacaan: Daniel 13:1-64; Yohanes 8:1-11
“Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu” (Yoh. 8:7)

Kisah dalam Injil Yohanes 8:1-11 tentang wanita yang tertangkap basah dalam perzinaan dan dibawa kepada Yesus oleh para ahli Taurat dan orang Farisi adalah salah satu kisah favorit saya. Kisah ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari kita, di mana kita sering kali terjebak dalam kebiasaan menghakimi orang lain dengan cepat. Kita merasa paling benar, lalu mencibir atau bahkan menghukum orang lain tanpa melihat keseluruhan situasi.

Para ahli Taurat dan orang Farisi membawa wanita itu kepada Yesus, berharap untuk menjebak-Nya dengan pertanyaan tentang hukum Taurat yang mengharuskan perzinaan dihukum mati. Namun, respon Yesus yang penuh hikmat—“Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu” (Yoh. 8:7)— mengingatkan kita bahwa kita semua adalah orang berdosa yang memerlukan pengampunan Tuhan. Sebagai manusia, kita cenderung melihat kesalahan orang lain dengan tajam, sementara seringkali kita lupa untuk melihat kesalahan kita sendiri. Yesus mengajak kita untuk memeriksa hati kita terlebih dahulu sebelum menghakimi orang lain.

Respons Yesus ini mengubah segalanya. Ia tidak langsung menghukum wanita itu, meskipun dia jelas bersalah menurut hukum. Sebaliknya, Yesus menawarkan pengampunan yang luar biasa. Ketika Dia berkata, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi” (Yoh. 8:11), Yesus menunjukkan bahwa pengampunan-Nya tidak terbatas, dan Dia memberi kesempatan bagi wanita itu untuk berubah. Ini adalah gambaran pengampunan Tuhan yang penuh kasih, yang mengajak kita untuk tidak hanya menerima pengampunan Tuhan dalam hidup kita, tetapi juga untuk mengampuni orang lain seperti Tuhan telah mengampuni kita.

Namun, pengampunan Tuhan tidak berarti membiarkan dosa terus berlangsung tanpa ada perubahan. Yesus tidak hanya mengampuni wanita itu, tetapi juga mengingatkan, “Jangan berbuat dosa lagi.” Ini adalah panggilan untuk pertobatan. Pengampunan Tuhan bukanlah izin untuk terus berada dalam dosa, melainkan ajakan untuk berbalik dan hidup dalam kebenaran. Keadilan Tuhan, yang sejatinya penuh kasih, bukan hanya tentang memberikan hukuman, tetapi juga memberikan kesempatan untuk pemulihan dan transformasi hidup.

Dalam hidup Kristiani, dua aspek utama yang sangat penting adalah “pengampunan” dan “keadilan”. Dalam menghadapi dosa pribadi, kita diundang untuk datang kepada Tuhan dengan rendah hati mengakui ketidaklayakan kita, dan memohon pengampunan-Nya. Pengampunan ini adalah hadiah yang memungkinkan kita dibebaskan dari beban dosa dan memperoleh kedamaian batin.

Pada saat yang sama, kita juga dipanggil untuk berbelas kasihan kepada sesama yang jatuh ke dalam dosa. Janganlah kita menghakimi dengan cepat, karena kita pun membutuhkan pengampunan. Kita diajak untuk memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bertobat dan berubah, sebagaimana Tuhan memberi kita kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih-Nya.

Tindakan Yesus yang mengampuni wanita yang berdosa ini mengajarkan kita bahwa keadilan sejati tidak hanya melibatkan hukuman, tetapi juga kesempatan untuk pemulihan. Kita, sebagai umat Kristiani, harus meneladani Tuhan yang penuh kasih dan adil. Kita perlu mengandalkan pengampunan-Nya untuk diri kita sendiri, dan dengan cara yang sama, kita harus memberi pengampunan dan keadilan dalam hubungan kita dengan orang lain, memberi mereka kesempatan untuk berubah dan bertumbuh dalam kasih Tuhan.

Penulis
Bible Learning Loving The Truth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *