Renungan hari ini dari bacaan Kolose 1:1-8; Lukas 4:38-44. “Lalu Ia berdiri di sisi perempuan itu dan menghardik demam itu, dan demam itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka” (Luk. 4:39). |
Salah satu hal yang membuat hidup tidak nyaman, dan kebahagiaan sirna dalam sekejap adalah penyakit, apalagi kalau sakitnya parah. Tabungan trilyunan rupiah tidak banyak artinya jika obatnya tidak ditemukan. Makanan semahal apa pun tidak sedap di mulut. Tidur pun tak nyenyak, meskipun di atas kasur jutaan rupiah. Di saat-saat tidak berdaya seperti itu, ada orang yang terus berusaha dengan mengandalkan uang yang ia miliki, tetapi ada pula yang mulai berpaling kepada Tuhan, yang mungkin sudah lama ia lupakan. Penyakit sering menjadi salah satu cara yang membawa orang dekat pada Tuhan dan mengakui kuasa dan kebesaran-Nya.
Itulah yang terjadi pada orang-orang di sekitar ibu mertua Simon. Mereka telah menyaksikan kuasa Yesus yang mengusir roh jahat yang najis dari seseorang di rumah ibadat di Kaparnaum, tak jauh dari rumah ibu mertua Simon (Luk. 4:35). Kini, mereka meminta Yesus menolong ibu mertua Simon yang sedang demam tinggi. Dalam pandangan mereka demam ini merupakan akibat dari perbuatan roh jahat dan Yesus sudah menunjukkan kuasa-Nya di hadapan mereka. Yesus mengabulkan permohonan mereka. Ia menghardik demam itu, seperti menghardik roh jahat, dan demam itu pun meninggalkan perempuan itu (Luk. 4:39).
Ada berbagai jenis demam yang bisa kita alami, entah tinggi entah rendah, karena masalah sepele atau masalah berat, jasmani maupun rohani. Tidak jarang demam ini dipicu pula oleh perbuatan iblis yang memanas-manasi kita, hingga timbul entah rasa marah, benci, iri hati, dendam, stress, atau putus asa. Akhirnya kita tenggelam dalam kekhawatiran yang semakin mengoyak imunitas kita. Di saat seperti itu apakah kita masih bisa memercayai Tuhan Yesus yang memiliki kuasa yang jauh lebih dahsyat daripada iblis dan penyakit yang diakibatkannya? Apakah kita berseru kepada-Nya dengan penuh iman dan harapan, atau sebaliknya mengumpat Dia sebagai penyebab penderitaan itu?
Seorang ibu telah divonis kena kanker dan hidupnya diperkirakan hanya tinggal dalam hitungan hari. Dalam menanggapi vonis dokter yang begitu kejam, ia percaya bahwa hidupnya bukan di tangan dokter melainkan di tangan Allah. Dia tidak tenggelam dalam keputusasaan, melainkan penuh harap karena percaya akan kuasa dan belas kasih Yesus. Kepercayaannya ini perlahan-lahan mengubah wajah duka citanya menjadi sukacita, dan putus asa menjadi harapan. Dia pun benar-benar merasakan bahwa Yesus datang dan menjamah dia. Dia adalah Allah yang hadir, yang peduli terhadap penderitaan yang dihadapinya.
Kiranya, pengalaman ibu mertua Simon menginspirasi kita bahwa kuasa Yesus atas roh jahat dan penyakit rohani maupun jasmani sungguh nyata. Ia adalah Allah yang berbelaskasih, yang selalu peduli dengan derita yang kita hadapi. Sentuhan-Nya bukan hanya menyembuhkan penyakit kita, melainkan juga menyalakan api kasih kita, sehingga kita pun siap melayani setelah mengalami penyembuhan, seperti ibu mertua Simon.
Penulis
