Renungan hari ini dari bacaan Rm. 3: 21-30; Luk. 11:47-54. “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasar Apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan Iman!” (Rm. 3: 27) |
Hukum Taurat berisi tuntutan Allah bagi umat-Nya untuk hidup dan beribadah serta saling melayani. Kata Ibrani yang biasanya diterjemahkan dengan “Hukum” atau “Taurat” adalah Torah, yang berarti “pengajaran” atau “petunjuk”. Karena petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada Musa di Gunung Sinai begitu penting, petunjuk itu kemudian disebut “Hukum” dan supaya tidak disamakan dengan hukum-hukum lain dalam bahasa Indonesia sering disebut Hukum Taurat, padahal Taurat sendiri artinya hukum. Hukum Taurat menurut orang Yahudi diberikan sebagai seperangkat peraturan yang ditaati agar memperoleh perkenanan Allah dan diselamatkan.
Namun, Rasul Paulus mengatakan bahwa orang diselamatkan oleh Kasih Allah yang dinyatakan dalam Yesus,bukan karena mengikuti seperangkat peraturan. Sebab Kristus
adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang
percaya” (Rm. 10:4). Percaya akan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan agar manusia dibernarkan oleh Allah. Dalam Rm. 3:28, Paulus menegaskan bahwa manusia “dibenarkan” karena Iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Selanjutnya dalam bacaan Injil, Yesus menegur kemunafikan orang Farisi yang sangat menekankan hal yang bersifat lahiriah. Kemunafikan mereka juga terlihat dari menaati peraturan hanya secara lahiriah, namun mereka mengabaikan keadilan dan kasih Allah, serta mengabaikan sesama manusia. Hal ini menjadi peringatan bagi kita orang percaya bahwa Tuhan tidak senang dengan kepura-puraan dan kemunafikan. Ia ingin kita juga seimbang terhadap kehendak Tuhan serta berlaku wajar, sederhana, dan tidak sombong.
Hidup benar dihadapan Allah dapat ditunjukkan melalui tindakan iman. Karena iman merupakan respons terhadap penyataan diri Allah. Tanggapan ini mengharuskan adanya ketaatan, yang lahir dari keyakinan yang hari demi hari semakin teguh, kokoh, dan tidak tergoyahkan. Iman ini dapat kita tunjukkan melalui sikap dan tindakan yang nyata dengan memperhatikan kelompok-kelompok yang berada dalam posisi lemah seperti perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, orang cacat, dan kaum miskin. Dengan demikian Iman kita dapat menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan nyata.
Penulis

