(Renungan dari bacaan 1 Yohanes 3 : 22-4 : 6, Matius 4 : 12-17, 23-25)
Saya cukup sering mendapat pesan teks yang berbunyi, “Hai, ini nomorku yang baru, yang lama hapus saja ya.” Penulis pesan itu menggunakan nama dan foto dari seseorang yang saya kenal dengan baik. Lalu ketika saya jawab “oke,” orang tersebut akan melanjutkan percakapan. Biasanya menawarkan investasi dengan keuntungan yang fantastis, atau menawarkan untuk membeli barang berharga dengan diskon luar biasa, atau pun meminjam uang. Saya sering kali curiga dan tidak percaya, sehingga saya tidak tergoda untuk mengikuti permintaannya. Namun, saya mencoba menelpon nomor tersebut. Tentu, bila ia seorang penipu, ia tidak akan mengangkat telpon saya, karena saya pasti akan tahu bahwa suara itu bukan suara teman saya yang ia pakai nama dan fotonya.
Saudaraku, Allah memberi kita perintah untuk percaya kepada nama Yesus Kristus, Anak-Nya. Hal “percaya” tentu berkaitan dengan tindakan. Seseorang dapat dikatakan mempercayai orang lain, apabila ia mau melakukan apa yang diminta orang itu. Kita tidak bisa dikatakan percaya kepada Tuhan, jika kita tidak pernah melakukan apa yang Ia perintahkan. Seperti cerita di atas, saya bisa saja menjawab “oke” seolah saya percaya kepada orang tersebut, tetapi saya tidak mau melakukan apa yang ia minta karena sebenarnya saya tidak yakin apakah yang mengirim pesan itu benar-benar teman saya atau seorang penipu.
Demikian juga mulut kita pun bisa dengan mudah mengakui Yesus sebagai Tuhan, tapi jauh di dalam hati sebenarnya belum percaya. Hati yang percaya akan melahirkan tindakan yang membuktikan kepercayaan itu. Kalau saya percaya kepada teman saya yang menawarkan investasi dengan keuntungan fantastis dalam waktu yang singkat, maka semakin besar kepercayaan saya, semakin besar pula uang yang saya berikan untuk diinvestasikan kepada teman saya. Sebaliknya, semakin ragu saya akan omongannya, semakin kecil pula uang yang saya berikan kepadanya. Atau, jika saya tidak percaya sama sekali, penawaran investasi itu akan saya tolak mentah-mentah, bahkan saya akan memblokir nomornya.
Demikian juga bila kita mengaku percaya kepada Yesus, seberapa besar iman kita kepada-Nya? Apakah kita masih membagi hati, ataukah hati kita berserah penuh, percaya secara total kepada-Nya. Iman kita akan diverifikasi melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari. Jika kita percaya kepada-Nya, kita akan melakukan perintah-Nya dengan all out.
Perintah pertama yang Allah berikan kepada kita dalam 1Yohanes 3:23 adalah percaya kepada nama Yesus. “Nama” dalam budaya Yahudi biasanya menunjukkan karakter atau sifat dari pribadi seseorang. Percaya kepada nama Yesus artinya mempercayai pribadi-Nya sepenuhnya. Orang yang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan, haruslah berproses semakin menunjukkan pribadi Yesus dalam hidupnya.
Tuhan dalam bahasa Ibrani adalah Adonay atau dalam bahasa Yunani adalah Kurios. Adonay atau Kurios artinya Tuan. Jika kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, apakah kehidupan kita sehari-hari benar-benar menjadikan Yesus sebagai Tuan dalam hidup kita, Majikan kita, Raja dalam hidup kita? Apakah pikiran kita, perkataan kita, atau cara kita meluapkan perasaan kita benar-benar menunjukkan bahwa kita adalah hamba dari Yesus Kristus? Ataukah sebenarnya kita masih menjadi raja dan tuan atas hidup kita sendiri.
Jika kita masih sembarangan dalam berkata-kata, masih suka-suka sendiri dengan keinginan kita, masih menyimpan perasaan dendam, amarah, iri hati, menyimpan kesalahan orang lain, tidak mau mengampuni, maka sebenarnya kita belum benar-benar menghormati Yesus sebagai Penguasa satu-satunya dalam hidup kita, atau belum benar-benar menjadikan Yesus sebagai Tuhan. Orang yang tidak mau berubah menjadi seperti Kristus, masih hidup semau gue, masih menuruti hawa nafsunya, sebenarnya tidak melayani Yesus sebagai Tuhan. Pikiran, mulut dan tubuhnya sedang dipergunakan untuk melayani dirinya sendiri. Orang yang demikian sebenarnya sedang menuhankan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, orang yang demikian belumlah menjadi seorang yang percaya kepada Yesus.
Jika kita percaya kepada Tuhan Yesus, dan menempatkan dia sebagai Tuan dalam hidup kita, seharusnya setiap perkataan, perbuatan dan perenungan hati kita mencerminkan karakter dan pribadi Yesus Kristus.

Penulis

