Renungan dari Bacaan Kejadian 11:1-9 dan Markus 8:34-9:1 “Jika seseorang mau menjadi pengikut-Ku,ia harus menyangkal dirinya,memikul salibnya dan mengikuti Aku” (Markus 8:34) |
Di zaman dengan kemajuan teknologi yang canggih, semuanya bisa dikerjakan dengan lebih mudah dan hidup pun lebih nyaman. Dalam situasi seperti ini, banyak orang sangat membutuhkan pengakuan atas eksistensi dirinya sehingga merasa sangat haus akan kepopuleran dan kesuksesan. Dengan kemampuan yang dimiliki, manusia berusaha untuk mencapai semua yang diinginkan.
Ketika keinginan itu terwujud dengan mudah, mereka lupa diri, lupa akan peran Tuhan. Itulah bahayanya sebuah kebanggaan. Manusia ingin membuat nama mereka menjadi populer dan terkenal, tetapi mereka melupakan bahwa kebesaran dan ketenaran seharusnya diperoleh melalui ketaatan pada Tuhan,bukan karena usaha manusia semata. Kebanggaan yang berlebihan, membuat manusia menjadi sombong dan dapat menghalangi mereka dalam menerima rencana Tuhan dalam kehidupan mereka.
Kisah Menara Babel dalam Kitab Kejadian 11:1-9 menggambarkan usaha manusia untuk membangun kota dengan sebuah menara yang menjulang tinggi sampai ke langit. Mazmur 33:10-13 menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan mengetahui rencana manusia yang hendak berpaling dari-Nya. Rencana itu dalam kisah ini ditandai dengan membangun Menara Babel, sehingga Tuhan menggagalkan kesombongan manusia. Yang mendasari dibangunnya Menara Babel ini adalah untuk meninggikan diri, bukan untuk memuliakan nama Tuhan.
Pada akhirnya menara ini tidak berhasil dibangun seperti yang diinginkan, yaitu puncaknya sampai ke langit. Sebab, Tuhan telah mengacaukan bahasa mereka ke dalam berbagai bahasa sehingga tidak mengerti satu sama lain dan menyerakkan mereka. Di sini manusia diingatkan akan pentingnya ketaatan terhadap kehendak Tuhan dan kesadaran akan keterbatasannya. Manusia harus mengakui keberadaan Tuhan sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan dan menghormati perbedaan bahasa dan budaya yang ada.
Sesungguhnya, “Manusia yang memandang dengan congkak akan direndahkan, orang yang angkuh akan ditundukkan; hanya Tuhan sajalah Yang Maha Tinggi” (Yes. 2:11).
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga harus menghindari kesombongan, berhati-hati dalam bertuturkata dan bertindak agar bisa menjaga ketenteraman. Dalam kehidupan rohani, kita harus selalu menempatkan Kristus sebagai kepala dan kita sebagai anggota tubuh-Nya. Sebagai kepala Kristus berhak menentukan peran dan tujuan hidup kita.
Ia mempunyai otoritas atas jalannya sejarah dan hidup kita. Sebagai anggota tubuh, kita harus mengingat tugas dan komitmen kita untuk selalu melayani sang kepala, mematuhi dan menghormati otoritas-Nya. Untuk menjadi murid Kristus, Yesus berkata “Jika seseorang mau menjadi pengikutKu, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku” (Markus 8:34). Menyangkal diri adalah melepaskan ego diri, kepentingan diri sendiri demi melaksanakan perintah Yesus Kristus sekalipun mengalami penderitaan. Menjadi murid Yesus berarti kita harus menjadi pribadi yang tahan banting dan tidak mudah menyerah ketika sedang menghadapi pergumulan-pergumulan dan tantangan dalam kehidupan. Sebab, tujuan yang ditentukan-Nya bagi kita adalah kehidupan kekal.
Apa yang dilakukan di dunia saat ini harusnya membantu mengarahkan kita kepada kehidupan kekal dan bukan sebaliknya. Menyangkal diri sendiri, memikul salib dan mengikuti-Nya adalah panggilan untuk memprioritaskan kehendak Tuhan di atas keinginan dan kepentingan diri sendiri. Tindakan ini bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Sebab, kita sering melakukan sesuatu yang kita anggap gampang dan menguntungkan diri kita, tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Marilah melakukan kehendak Tuhan saja, jangan berjuang untuk mendapatkan harta dunia semata, sebab orang yang berjuang demi harta dunia akan kehilangan nyawanya (lih. Mrk. 9:36-37).
Awasi pikiran dan perbuatan yang dapat menyesatkan. Ketekunan dalam doa akan memberikan kekuatan kepada untuk selalu setia berjalan bersama Yesus dan kuasa-Nya akan selalu bekerja pada kita sepanjang masa. Janganlah membangun Menara Babel dalam kehidupan kita, tetapi tetaplah rendah hati untuk diproses oleh Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,yang bersandar pada kekuatan manusia fana,dan yang hatinya menjauh dari Tuhan! Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang mempercayakan dirinya pada Tuhan!” (Yer. 17:5.7)

Penulis

