Renungan dari Bacaan Keluaran 3:1.13-15; Lukas 13:1-9 “Jikalau kamu tdak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian” (Luk. 13:5) |
Peristiwa di pegunungan Carstensz yang menewaskan dua pendaki akibat cuaca buruk seolah mau mengingatkan kita bahwa kematian bisa datang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari. Sesungguhnya kita tidak pernah tahu kapan waktunya kita menghadap Tuhan, karena itu kita harus senantiasa siap untuk menghadapi saat kematian itu tiba. Kita diajak untuk merenungkan pentingnya pertobatan dalam hidup ini sebagai orang percaya agar tidak binasa.
Dalam bacaan Injil hari ini diceritakan bagaimana Yesus menanggapi dua peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada waktu itu. Yang pertama soal peristiwa pembunuhan yang dialami orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Yang kedua adalah peristiwa menara Siloam yang runtuh dan menewaskan delapan belas orang. Yesus menggunakan kedua peristiwa ini untuk mengajarkan tentang pentingnya pertobatan.
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang yang menceritakan peristiwa tragis, di mana Pilatus, penguasa Romawi, membunuh orang-orang Galilea saat mereka sedang beribadah dan mempersembahkan kurban. Peristiwa ini membuat orang-orang bertanya-tanya apakah mereka mati karena dosa-dosa mereka? Demikian pula dengan nasib kedelapan belas orang yang mati tertimpa bebatuan yang digunakan untuk membangun menara. Rupanya menara yang terletak dekat kolam Siloam itu roboh dan menimpa orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang Yahudi pada saat itu beranggapan bahwa dosa kedelapan belas orang itu lebih besar daripada dosa semua orang di Yerusalem. Mereka menyangka bahwa peristiwa celaka yang menimpa merupakan hukuman dari Tuhan.
Namun, Yesus menolak pandangan ini dan menjelaskan bahwa kematian tragis bukanlah tanda bahwa orang tersebut lebih berdosa daripada yang lain. Celaka dan kematian dapat menimpa setiap orang berdosa atau tidak berdosa. Sebaliknya, Yesus menggunakan kedua peristiwa itu untuk mengingatkan semua orang bahwa kematian bisa datang kapan saja. Malapetaka atau kecelakaan itu dapat menjadi peringatan bagi kita. Oleh karena itu, yang terpenting bukanlah membanding-bandingkan dosa orang lain tetapi memastikan bahwa kita sendiri sudah bertobat dan hidup berkenan kepada Tuhan. Pesan ini mengajak kita untuk fokus pada pertobatan pribadi bukan menghakimi orang lain, karena semua orang sama-sama telah berdosa.
Yesus mengulangi peringatan serius dengan mengatakan, “Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian.” Perkataan ini bukan hanya peringatan tetapi merupakan panggilan bahwa pertobatan adalah hal yang mendesak dan tidak bisa ditunda. Tanpa pertobatan kita dapat binasa karena dosa yang telah memisahkan kita dari Tuhan.
Kemudian Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (ay 6-9). Diceritakan pada suatu kali pemilik kebun datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Sebagai pemilik kebun, wajar bila ia mengharapkan pohon itu bisa menghasilkan buah. Rupanya ini bukan pertama kali ia mencari buah pada pohon itu karena sudah menunggu tiga tahun.
Umumnya pohon ara dapat menghasilkan buah dua kali dalam setahun. Namun, pemilik kebun kecewa karena tidak menemukan buah. Lalu pemilik kebun pun menemui pengurus kebun dan berkata, “lihatlah sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya.” Tiga kali musim telah lewat tetapi pohon ara itu tetap tidak mengeluarkan buah.
Karena itu, pemilik kebun meminta untuk ditebang karena tidak ada gunanya. Tetapi, pengurus kebun meminta agar memberi waktu satu tahun lagi. Ia berjanji akan merawat pohon yang tidak berbuah itu, dan ia akan mencangkul tanah di sekelilingnya dan memberi pupuk. Jika tetap tidak berbuah juga, pohon itu akan ditebang.
Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pohon ara untuk menekankan pentingnya pertobatan. Ia mengharapkan agar kita menghasilkan buah-buah dalam kehidupan, yaitu lewat perbuatan yang nyata untuk mengasihi Allah dan sesama. Orang beriman harus menyadari dan memanfaatkan bahwa setiap hari adalah waktu yang disediakan Tuhan bagi kita untuk bertobat dan memperbaiki diri serta menghasilkan buah: berguna bagi orang lain.
Penulis


satu Respon
Bagus sekali bu Maureen,betul kita hrs intrropeksi diri bukan mem banding2 kan dosa org lain
Dr pada ngurusin kesalahan org lain lebih penting bertobat dan berbuah, berguna bagi org lain.