Renungan dari Bacaan Sirakh 5:1-8 dan Markus 9:41-50 “Jangan terlalu yakin akan memperoleh pengampunan, sehingga engkau menimbun dosa di atas dosa” (Sir. 5:5). |
Dua tahun yang lalu kita semua dihebohkan dengan kasus pemukulan dan pengeroyokan terhadap David Latumahina yang dilakukan oleh Mario Dandy dan teman-temannya karena rebutan wanita. Hal ini mengakibatkan David mengalami cacat seumur hidup.
Dalam wawancara dengan salah satu TV swasta, Rafael Alun Trisambodo, ayah Mario Dandy menyatakan bahwa ternyata selama ini Mario Dandy sudah sering terlibat dalam kasus pemukulan dan pengeroyokan seperti ini. Ia pun sudah sering memarahi, bahkan memukul, menghajar, menampar, dan menempeleng Mario Dandy.
Namun, hal ini tidak membuat Mario Dandy jera, melainkan malah semakin barbar, brutal, dan membabi buta dalam melakukan pemukulan dan pengeroyokan terhadap siapa saja yang berani menyenggol dia saat berada di luar jangkauan dan pengawasan ayahnya.
Kasus ini memberi pelajaran mahal untuk kita semua. Sebagai manusia tentu saja kita tidak luput dari dosa dan kesalahan. Ada banyak orang yang sadar akan dosa-dosanya dan mau bertobat dengan sungguh-sungguh. Ada yang mau bertobat karena terpaksa dan takut akibatnya, takut menerima sanksi dan konsekuensi yang jauh lebih berat.
Ada yang bertobat dengan penuh kepura-puraan dan tidak sungguh-sungguh, sesudah itu kembali lagi berbuat dosa, bahkan kembali mengulangi dosa yang sama. Bahkan ada juga orang yang sama sekali tidak mau bertobat dari dosa-dosanya.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang jatuh ke dalam dosa. Salah satunya adalah suka memamerkan kekayaannya. Hal ini memicu terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Maka tidak jarang terjadi gesekan dan senggolan antara kelompok yang satu dengan yang lain, antara si kaya dan si miskin. Akibatnya sering sekali terjadi perkelahian, pemukulan, pengeroyokan, bahkan pembunuhan di antara kelompok yang bertikai tersebut.
Kita harus sadar bahwa dosa membuat manusia jauh dari Tuhan. Dosa membuat hubungan antara Tuhan dan manusia menjadi rusak. Hal yang sama juga terjadi di antara sesama manusia. Dosa merusak relasi dengan sesama. Dosa membuat manusia saling menyakiti dan saling membunuh satu sama lain.
Hal yang tidak baik meskipun kecil bisa merusak sesuatu yang lebih besar. Tuhan menghendaki kita untuk bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-setengah. Sebab, pertobatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh bisa membawa kehancuran.
Bacaan Pertama mengingatkan agar kita tidak berbuat dosa lagi setelah bertobat. “Jangan terlalu yakin akan memperoleh pengampunan, sehingga engkau menimbun dosa di atas dosa” (Sir. 5:5). Kita harus sadar bahwa Tuhan adalah Allah yang setia dan adil. “Jangan berkata, “Belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya.” Sebab baik belas kasihan maupun murka ada pada Tuhan, tetapi atas orang berdosa turunlah amarah-Nya” (Sir. 5:6).
Maka kita harus bertobat dengan sungguh-sungguh agar pengampunan dari Tuhan boleh kita terima. Kita juga harus berusaha dengan pertolongan rahmat Tuhan untuk memperbaiki hidup kita dan tidak berbuat dosa lagi. Yesus menegaskan apa yang akan terjadi jika kita tidak mau bertobat. “Karena setiap orang akan digarami dengan api” (Mrk. 9:49). Yesus juga mengajak kita untuk menjadi berkat dan pembawa damai bagi sesama. “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” (Mrk. 9:50).
Mari kita berusaha untuk hidup rukun dan damai dengan sesama serta saling mengampuni satu sama lain seperti yang Tuhan Yesus ajarkan. Sesungguhnya kita semua orang berdosa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Kita bertobat dari dosa-dosa kita dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Percaya ketika kita sungguh-sungguh bertobat, pengampunan dari Tuhan pasti kita terima, dan hidup kita diperbaharui oleh-Nya sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Penulis

