Bukan Menjadi Tuan melainkan Hamba (18 Maret 2025)

Bacaan: Yesaya 1:1-.16-20; Matius 23:1-12.
“Jangan turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukanny” (Mat. 23:3).

Dalam Matius 23:1-12, Yesus dengan tegas menegur ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka adalah pemimpin agama yang seharusnya menjadi teladan, namun Yesus melihat adanya kesenjangan antara perkataan dan perbuatan mereka. Mereka pandai berbicara tentang kebenaran, tetapi tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perikop ini, Yesus mengkritik dengan keras ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi atas kemunafikan mereka. Mereka memegang otoritas keagamaan, tetapi perilaku mereka tidak mencerminkan ajaran yang mereka sampaikan. Mereka menempatkan beban berat pada orang lain tetapi tidak menjalankan ajaran tersebut dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka juga mencari kehormatan dan pengakuan dari orang lain serta lebih mementingkan penampilan luar.

Dari bacaan di atas, Yesus mengingatkan kita untuk tidak meniru perilaku mereka. Sebaliknya, kita diajarkan untuk menjadi pelayan yang rendah hati dan tulus dalam menjalankan ajaran agama dan peribadatan kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Bagaimana implementasi ajaran Kristus dalam kehidupan kongkrit dewasa ini? Bagi seorang pemimpin di tempat kerja: Bayangkan seorang manajer yang selalu memberi instruksi keras kepada timnya dan menuntut kinerja tinggi, tetapi dia sendiri tidak bekerja keras. Manajer ini lebih sering datang terlambat dan duduk di kantor, menerima pujian, dan menikmati fasilitas khusus.

Akhirnya, timnya merasa tertekan dan kehilangan motivasi kerja. Pemimpin yang baik seharusnya menjadi teladan dengan bekerja keras dan mendukung timnya.

Bagi guru di sekolah: Seorang guru yang selalu menekankan pentingnya kejujuran kepada murid-muridnya, tetapi ia sendiri terkadang memberikan nilai tanpa melihat hasil kerja dengan teliti. Hal ini dapat membuat murid-murid merasa bingung dan kurang percaya pada ajaran gurunya. Guru yang baik harus mempraktikkan kejujuran dan keadilan dalam setiap aspek pengajaran.

Bagi orang tua dalam keluarga: Orang tua yang mengajarkan anak-anaknya tidak berbohong, tetapi ia sendiri sering berbohong kepada pasangan atau tetangganya, maupun rekan kerjanya. Anak-anak akan melihat ketidakkonsistenan ini dan mungkin meniru perilaku negatif tersebut. Orang tua yang baik harus menjadi contoh dalam menjalankan nilai-nilai yang diajarkan kepada anak-anaknya. Mereka harus menjadi contoh dan teladan yang baik.Apa yang dikatakan, itu juga yang dilakukan. Dengan demikian anak-anak dapat melihat contoh yang hidup dan baik serta teladan dari perilaku orang tuanya sendiri.

Hal-hal berikut ini merupakan Pelajaran yang bisa kita petik dari ajaran Yesus. Pertama, Kita harus menjalankan peran kepemimpinan dengan ketulusan hati, dengan memberikan teladan yang baik, dan tidak hanya mencari penghormatan dari orang lain. Kedua, kerendahan hati adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang baik. Dengan rendah hati, kita dapat melayani orang lain dengan lebih baik dan mendapatkan rasa hormat yang tulus dari mereka. Ketiga, Kita harus menjalankan ajaran agama dan nilai-nilai kehidupan dengan konsisten, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Menghindari kemunafikan berarti hidup dengan integritas dan kejujuran. Keempat, menjadikan pelayanan sebagai prioritas.

Yesus mengajarkan bahwa yang terbesar di antara kita adalah mereka yang melayani orang lain (Lihat Mrk. 10:43-45). Dari sebab itu kita harus mengutamakan pelayanan kepada sesama, baik di tempat kerja, di rumah, maupun dalam komunitas.

Matius 23:1-12 mengajarkan kita pentingnya ketulusan, integritas, dan kerendahan hati dalam menjalani kehidupan beragama, peribadahan, dan kepemimpinan. Dengan menghindari kemunafikan dan mengutamakan pelayanan kepada orang lain, kita dapat hidup sesuai dengan ajaran Yesus dan memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar kita.

Kita bisa menjadi terang bagi sesama, menjadi kitab yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca oleh sesama kita. Ketika orang lain melihat perbuatan baik kita, mereka akan memuji Tuhan “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat. 5:16).

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *