Bukan Orang Sempurna Yang Dipilih Tuhan (25 Januari 2025)

(Renungan dari Bacaan: Kis. 22: 3-16; Markus 16: 15-18)
“Sebab, engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar”
(Kis. 22: 15)

Sebelum naik ke surga, Yesus menampakan diri kepada beberapa murid-Nya, tetapi Ia kecewa atas ketidak percayaan dan kekerasan hati mereka. Kekecewaan itu tidak membuat Dia pergi meninggalkan mereka. Ia menampakan diri kepada kesebelas murid-Nya ketika mereka makan. Ia memberikan perintah untuk menyerukan pertobatan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16: 15-16). Tidak hanya itu, Ia juga memberi kuasa untuk mengusir setan-setan, bebicara dalam bahasa-bahasa yang baru, menyembuhkan orang sakit, dan lain sebagainya. Yesus melengkapi semua murid-Nya dengan kuasa supaya mereka mampu melakukan tugas perutusan yang diberikan-Nya.

Peristiwa perjumpaan Paulus dengan Yesus yang bangkit, dalam rupa cahaya dan suara yang didengar hanya oleh Paulus, mengubahkan hidup Paulus dari seorang penganiaya dan pembinasa pengikut Yesus menjadi seorang pembina jemaat. Saulus bertobat dan dibaptis. Semua dosanya diampuni dan dia dipilih menjadi saksi Kristus: “Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar” (Kis 22:15). Kisah Paulus ini membuat kita bertanya mengapa orang jahat seperti Paulus yang Tuhan pilih?  Tuhan tidak pernah salah dalam memilih orang yang akan dipakai dalam karya keselamatan-Nya. Orang tidak harus sempurna terlebih dahulu baru kemudian mau melayani Tuhan.

Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk menjadi mitra-Nya dalam karya keselamatan. Manusia tidak dibiarkan berjuang sendirian, tetapi selalu didampingi dan diperlengkapi dengan segala yang dibutuhkan dalam mewartakan Injil-Nya. Kadang-kadang kita merasa gagal karena tidak mampu menjadi pembawa berita-Nya. Menilai kegagalan atau keberhasilan dalam memberitakan Injil bukanlah hak kita. Karena itu, sebagai utusan kita diingatkan bahwa Tuhan terus bekerja dalam hidup kita dan meneguhkan firman yang kita beritakan. Penyertaan-Nya sungguh nyata dalam hidup kita semua.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *