(Renungan dari Bacaan Ibrani 2:14-18 dan Markus 1:28-39)
Tahun 2024 telah berlalu, pasti banyak kejadian yang telah dialami, baik kejadian yang menggembirakan maupun menyedihkan. Jatuh bangun dalam kehidupan itu harus kita sikapi dengan selalu mengucap syukur agar kita tetap tegar dan bertekun untuk menjadi lebih baik. Kita telah memasuki tahun 2025, semoga di tahun yang baru ini kita selalu berpengharapan bahwa semuanya akan makin baik dan ketika sedang tidak baik-baik, kiranya kita mengetahui kepada siapa kita akan datang untuk memohon pertolongan. Ya…ingatlah untuk datang kepada Yesus, Tuhan kita yang akan selalu menolong dan menyertai kita.
Yesus benar- benar menjadi sama dengan manusia, yang mengalami penderitaan dan berbagai cobaan. Ketika kita mengalami pergumulan dalam kehidupan, kita jangan putus asa dan menjauh dari Yesus karena ‘Ia sendiri telah menderita ketika dicobai, Ia dapat menolong mereka yang sedang dicobai (Ibr. 2:18).
Yesus sangat memperhatikan umat-Nya seperti yang tertulis dalam Ibrani 2:16 ‘Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia pedulikan, tetapi keturunan Abraham yang Ia pedulikan’. Apakah kita menyadari betapa besar kasih dan penyertaan Yesus dalam hidup kita? Mungkin ketika hidup kita berjalan baik-baik saja, gampang bagi kita mengatakan, “ya, saya menyadari kasih Yesus yang selalu menyertai saya”. Namun, ketika hidup sedang tidak baik- baik dan sedang mengalami penderitaan, apakah saya tetap bisa mengatakan, “Ya Yesus mengasihi dan menyertai saya”? Untuk itu kita perlu selalu intropeksi diri dan bertanya, apakah selama ini kita telah menjalin relasi yang erat dengan Tuhan sehingga kita selalu percaya dan berserah kepada Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, terutama saat kita sedang mengalami pergumulan dan penderitaan? Apakah kita telah mengucap syukur ketika kita dalam keadaan baik-baik? Apakah kita menyadari semua yang telah kita capai itu adalah pemberian yang merupakan berkat dan rahmat dari Tuhan, bukan karena usaha kita semata.
Kita harus selalu menjalin relasi yang intim dengan Tuhan setiap saat seperti yang telah Yesus lakukan. Ia selalu meluangkan waktu-Nya untuk berdoa kepada Bapa-Nya : “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat terpencil dan berdoa di sana”. Di awal tahun yang baru ini, kita diingatkan kembali untuk selalu meluangkan waktu di antara segala kesibukan kita untuk berdoa kepada Tuhan, menjalin relasi dan berinteraksi dengan Dia. Relasi personal yang erat dengan Tuhan dalam doa harian akan menjadi sumber kekuatan dan memampukan kita mendengarkan kehendak Tuhan sehingga kita bisa membedakan mana kehendak Tuhan dan mana kehendak manusia. Kita pun akan mempunyai kebjaksanaan dan kemampuan untuk tetap setia melakukan kehendak-Nya, walaupun kadang tidak mudah karena godaan-godaan duniawi sering membuat kita terlena dan menjauh dari kehendak-Nya.
Yakinlah bahwa ketika kita memilih jalan Tuhan, kita akan mengalami kasih karunia-Nya dan disembuhkan dari kelemah-kelemahan diri kita. Lalu, seperti ibu mertua Simon, yang setelah disembuhkan melayani tamu- tamu yang hadir, kita pun mewartakan kabar baik kepada semua orang. Kita datang kepada Yesus untuk memperoleh kesembuhan, karena Yesus sungguh-sungguh memahami dan mengerti keadaan kita.
Dia memberikan yang terbaik bagi kita. Namun, ketika apa yang terbaik menurut kita, bukanlah yang terbaik menurut Yesus, kita mungkin merasa kecewa. Sebab, apa yang kita inginkan tidak terealisir. Di sinilah ego dan iman kita diuji. Apakah kita tetap setia, tetap datang kepada Dia, bersandar pada-Nya, dan hidup sesuai dengan rancangan-Nya?
Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dan Ia melayani yang datang kepada-Nya dengan sepenuh hati. Kita diingatkan untuk selalu datang kepada Yesus ketika sedang menghadapi kesulitan dan tantangan kehidupan kita. Sebab, Dialah Penolong yang sejati. Datanglah kepada-Nya, bangunlah relasi yang erat dengan Dia melalui doa dan dengan merenungkan firman-Nya. Kita pasti akan diberi kelegaan dan kebebasan.

Penulis

