Renungan dari bacaan Yeremia 11 : 18 – 20 dan Yohanes. 7:40-53 “Namun, ya TUHAN Semesta Alam, yang menghakimi dengan adil, menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu, terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kubuka perkaraku” (Yeremia 11: 20) |
Yeremia adalah seorang Nabi Allah yang selalu bernubuat dan mewartakan pertobatan, penghukuman, dan keselamatan. Dia melayani di daerah asalnya dan daerah kaum keluarganya, yaitu Anatot. Di sini ia tidak diterima karena nubuatannya dianggap sangat radikal, dan ia dituduh mendukung tindakan pembaruan keagamaan yang dilakukan oleh Raja Yosia. Mereka berniat jahat, hendak membinanasakan Yeremia, ibarat pohon yang akan dibinasakan sampai ke buah-buahnya, dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup, sehingga namanya tidak diingat lagi (Yer.11: 19).
Pemberitahuan Allah kepada Yeremia tentang persepakatan jahat terhadap dia, membuat hatinya resah, gelisah, kecewa, dan putus asa. Selama ini Yeremia tidak tahu tentang persekongkolan tersebut, karena semua penduduk di daerah Anatot ini adalah sahabat, saudara, dan kerabatnya. Dia menduga mereka mendukung nubuatan pertobatan yang disampaikannya, tetapi ternyata mereka tersinggung, karena merasa hidup mereka sudah benar.
Saat ini pun kita, terutama kita yang bekerja di ladang Tuhan, sering diperhadapkan dengan kondisi dan situasi seperti yang dialami Yeremia. Banyak rintangan dan halangan yang kita hadapi, terintimidasi, dimusuhi, bahkan sering mendapat perlakuan yang dapat mengancam jiwa kita. Kabar sukacita, pemberitaan Injil, dan anugerah keselamatan yang kita wartakan disambut dengan acuh, ditolak, dan ditentang. Mereka mengeraskan hati, merasa tidak membutuhkan Tuhan Yesus, karena merasa dengan usahanya sendiri mereka akan mendapatkan keselamatan.
Situasi yang tertekan, terintimidasi, dan dimusuhi, dapat mempengaruhi perasaan kita dan membuat kita menjadi letih, lesu, lemah, ketakutan, bahkan putus asa. Kita tidak berdaya jika ingin membalas mereka yang memusuhi kita. Selain itu, tindakan demikian tidak disukai oleh Tuhan. Sebab, pembalasan dan penghakiman hanya hak Tuhan, hanya Dia yang berhak melakukannya (Yer. 11: 20).
Tuhan Yesus pun, ketika memberitakan kebenaran, ditentang dan tidak diakui sebagai seorang Nabi. Para Pemuka Agama dan orang-orang Farisi bahkan mencari-cari kesalahan-Nya, supaya bisa dijadikan alasan untuk menangkap dan menghukum Dia (Yoh. 7:45).
Pada saat kita terpuruk, letih, lesu, dan putus asa, segeralah bersimpuh dan bertelut di hadirat Tuhan. Dia akan memberi kita kelegaan dan sukacita. Kita tidak perlu membalas orang yang telah memperlakukan kita dengan tidak adil, semena-mena, bahkan mengancam jiwa kita. Sebab, penghakiman dan pembalasan hanya milik Tuhan. Dialah yang akan melakukannya. Bagian kita adalah percaya, setia, dan taat kepada perjanjian kita dengan Tuhan.
Bawalah perasaan letih, lesu, dan keterpurukan yang kita alami ke hadirat Tuhan. Dia akan memberi kita kekuatan dan kelegaan sesuai dengan janji-Nya yang selalu diberikan kepada kita. Marilah kita tetap mewartakan kabar kebenaran apa pun keadaannya, karena Tuhan melalui Roh Kudus selalu mendampingi dan memimpin kita. Kita diberi-Nya kekuatan dan senjata rohani untuk menghadapi ancaman dari Iblis yang selalu menghambat anugerah dan berkat dari Tuhan.
Penulis

