Doa yang Sederhana tapi Berkuasa (19 Juni )

Renungan dari bacaan 2 Korintus 9 : 6 – 11 dan Matius 6 : 1-6.16-18
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”Matius 6:14

Pernahkah kita merasa kalau doa itu harus panjang, pakai kata-kata yang indah, atau bahkan diulang-ulang biar “sampai” ke Tuhan? Injil Matius 6:7-8 mengingatkan kita bahwa hal seperti itu sering dilakukan oleh orang-orang yang mungkin belum mengenal siapa Tuhan sebenarnya. Mereka pikir, makin banyak kata, makin besar kemungkinan doa dikabulkan. Padahal, Tuhan itu Bapa kita yang Maha Tahu. Dia sudah tahu persis apa yang kita butuhkan, bahkan sebelum kita sempat mengucapkannya! Bayangkan saja, seperti orang tua yang sudah tahu anaknya lapar sebelum si anak merengek minta makan. Jadi, intinya bukan di panjang pendeknya doa, atau seberapa indah kata-kata yang kita rangkai. Yang Tuhan mau adalah hati yang tulus, komunikasi yang jujur, dan keyakinan bahwa Dia mendengarkan dan peduli. Doa itu bukan lagi jadi daftar belanja yang kita sampaikan ke ‘bank’, tapi jadi waktu akrab kita sama Bapa di surga. Kita dipanggil untuk datang dengan sederhana, apa adanya, dan yakin bahwa Dia selalu siap mendengarkan.

Setelah itu, Yesus sendiri memberikan contoh bagaimana seharusnya kita berdoa, yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Ini bukan mantra yang harus diulang persis sama setiap hari, tapi lebih seperti panduan atau “template” untuk doa kita. Dimulai dengan “Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu,” kita diajak untuk mengakui kebesaran dan kekudusan Tuhan. Ini bukan tentang kita dulu, tapi tentang memuliakan Dia. Lalu, kita memohon agar “Kerajaan-Mu datang, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Ini menunjukkan kerinduan kita agar rencana dan tujuan Tuhan terlaksana, baik dalam hidup kita maupun di dunia ini. Baru setelah itu, kita boleh menyampaikan kebutuhan kita, seperti “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Ini mengajarkan kita untuk bergantung pada Tuhan untuk kebutuhan sehari-hari, tidak perlu khawatir berlebihan soal masa depan. Doa Bapa Kami mengajarkan kita prioritas: Tuhan dulu, kehendak-Nya dulu, baru kebutuhan kita.

Ada satu bagian penting dalam Doa Bapa Kami yang seringkali kita lupakan atau anggap remeh, yaitu tentang pengampunan: “ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Yesus bahkan mengulanginya di Matius 6:14-15, menekankan betapa pentingnya hal ini. Kalau kita tidak mengampuni orang lain yang menyakiti kita, bagaimana mungkin kita berharap Bapa mengampuni kesalahan-kesalahan kita? Ini adalah poin krusial. Pengampunan itu bukan berarti kita melupakan kejadiannya atau membenarkan tindakan orang yang menyakiti kita. Tapi, pengampunan itu adalah keputusan kita untuk melepaskan dendam, kepahitan, dan keinginan untuk membalas. Dengan mengampuni, kita sebenarnya membebaskan diri kita sendiri dari beban emosi negatif dan membuka pintu bagi pengampunan dan berkat Tuhan mengalir dalam hidup kita. Jadi, mari kita terus belajar untuk berdoa dengan hati yang tulus, memprioritaskan kehendak Tuhan, dan yang terpenting, selalu siap mengampuni, seperti Bapa mengampuni kita.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *