Iman Mencari Pemahaman (23 Januari 2025)

(Renungan dari Bacaan Keluaran 16: 1-5, 9-15, Matius 13: 1 – 9 )

Matius 13:1-9 merupakan bagian dari Matius 13:1-23 yang berjudul Perumpaan Tentang Seorang Penabur. Pokok ceritanya adalah tentang pertumbuhan biji-biji yang ditaburkan si Penabur dan jatuh di tanah yang berbeda-beda jenisnya. Arti dari perumpamaan ini disajikan di Matius 13:18 – 23. Biji itu adalah firman tentang kerajaan surga. Tanah yang berbeda-beda adalah keadaan orang yang mendengar firman tersebut. Orang yang tidak mengerti adalah bagaikan tanah di pinggir jalan. Fiman sama sekali tidak bertumbuh dan hilang lenyap tanpa bekas.  Orang yang menyambut firman tetapi meninggalkan firman itu karena mendapatkan penindasan, atau firmannya tidak berbuah karena kekawatiran duniawi, disebut sebagai tanah berbatu-batu atau tanah dengan semak berduri. Orang yang mendengar firman dan mengerti, disebut tanah yang baik, di mana firman akan berbuah banyak.

 Pemahaman akan firman adalah fakor penting untuk berbuah dalam kerajaan surga. Karena itu, Matius meletakkan perumpamaan ini di tempat pertama sebelum beberapa perumpamaan yang lain mengenai kerajaan surga. Iman yang ditanamkan dalam hati kita menimbulkan kerinduan untuk lebih memahami-Nya.

Iman Mencari Pemahaman adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan hal ini oleh Santo Anselmus (1033–1109) dari Canterbury, Inggris. Iman mendahului pemahaman. Iman menuntun pada pencarian pemahaman yang lebih dalam.  Hal ini mengingatkan umat Kristiani untuk mencari Tuhan dengan hati dan pikiran mereka dan menyingkapkan hubungan erat antara iman dan akal manusia.

Iman Mencari Pemahaman. Bukankah hal ini menjadi visi dan misi tim pengajar Loving The Truth, dan dasar pembentukan komunitas Loving The Truth. Bukankah karena hal ini kita menjadi anggota komunitas Loving The Truth, dan mengikuti webinar dan retretnya?

Sebenarnya, pemahaman adalah persyaratan yang mendasar dan umum untuk mencapai keberhasilan dalam segala jenis usaha manusia.  Bukankah kita harus memahami dengan benar bagaimana membangun rumah dari pondasi sampai atapnya, jika kita mau rumah kita kokoh dan tahan lama? Bukankah kita harus memahami dengan benar bagaimana badan manusia bekerja, jika kita mau sehat dan berusia panjang? Pemahaman adalah salah satu kata kunci untuk mencapai keberhasilan dalam hal apa pun.

Dalam Kel. 16: 1-5. 9-15 digambarkan umat Israel masih dalam tahap awal iman mereka. Mereka belum paham bahwa untuk hidup di tanah terjanji yang subur, mereka harus gigih dalam menghadapi penderitaan selama perjalanan ke sana.

Aku mengingat kembali perjalanan imanku dan bagaimana ia bertumbuh. Tuhan memanggilku pertama kali di usia 9 tahun, di SD kelas 3. Pada suatu hari, saat jam istirahat, aku berdiri di depan ruangan kelas. Aku melihat ke arah bangunan gereja St Mikael. Ada hasrat dalam hati untuk menjadi Katolik. Namun, aku tidak tahu bagaimana caranya dan orang tuaku bukan orang Katolik pada saat itu.  Aku lalu ikut katekisasi di SMP kelas 3 dan sejak itu aku ke gereja setiap hari Minggu dan akhirnya dibaptis di SMA kelas 1 dalam misa vigili Paskah.

Pada suatu hari ketika aku di universtas tingkat dua, sepulang dari kuliah, aku mengalami dorongan untuk menjadi orang Katolik yang tidak  hanya menghadiri misa pada hari Minggu. Aku terdorong untuk menjadi anggota Legio Maria yang berdoa setiap hari dan melakukan tugas rohani minimum dua jam seminggu. Pada saat itu Tuhan bagiku adalah Tuhan yang adil, yang mengabulkan doa jika Dia berkehendak, tanpa tahu apa kriterianya. Tuhan itu indifference dan aku tidak percaya bahwa mukjizat akan terjadi pada diriku. Mukijat itu seperti lotere.

Pemahaman akan Tuhan berubah 12 tahun kemudian. Ketika itu aku sedang mengikuti retret di rumah retret Fransiskan di kota aku sekarang tinggal. Di kamar tidurku, terdapat tumpukan majalah-majalah lama yang diterbitkan oleh ordo Fransikan. Aku membaca dua artikel tentang mukjizat yang masing-masing dimuat di dua majalah yang berbeda. Dalam satu artikel, Tuhan mengangkat mobil yang dikendarai oleh seorang Katolik dan keluarganya dalam perjalanan antar kota. Ketika akan bertabrakan frontal dengan mobil yang datang berlawanan arah, mobil itu diangkat di atas mobil yang berlawanan tersebut dan kembali turun ke jalan. Mobil dan penumpangnya selamat,  Ajaibnya, mobil tiba di tempat tujuan pada waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu tempuh yang normal. Setelah membaca artikel itu, tiba-tiba aku percaya bahwa Tuhan menjawab doa dengan segera, bukan lotere. Hal inilah  anugerah yang mengubah aku yang sebelumnya skeptis terhadap mukjizat. Pengalaman itu disusul pengalaman pribadi, di mana Tuhan menjawab doaku, memberikan kesembuhan dan menunjukkan jalan-jalan-Nya.

Iman Mencari Pehamaman. Istilah ini diperkenalkan padaku oleh seorang pastor pada bulan Mei tahun 1993. Beliau mengatakan pentingnya mempunyai pemahaman iman yang selaras dengan tingkat usia dan pengetahuan duniawi kita masing-masing. Jika pemahaman iman kita masih sama dengan pemahaman sewaktu SD, iman tersebut tidak mampu menjadi penuntun bagi kehidupan duniwai kita. Iman, yang tidak dibarengi dengan pengetahuan iman yang bertumbuh seiring dengan usia dan kompleksitas hidup, menjadi tidak relevan dan akan ditinggalkan. Iman yang dewasa membutuhkan tingkat pemahaman yang dewasa untuk membimbing kita dalam menjalani hidup sehari-hari sesuai kehendak-Nya.

Demi mencari pemahaman iman yang makin dewasa aku mengikuti banyak webinar semenjak covid 19. Pencarian ini juga membawa aku berkunjung ke rumah Pak Paskalis, pengajar di Loving the Truth untuk bertanya dan berdiskusi guna menemukan pemahaman-pemahaman baru. Kiranya benih kecil firman Allah akan terus bertumbuh dalam diriku dan teman-teman peserta kursus ini dan menghasilkan buah berlipat.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *