Iman Sebesar Biji Sesawi ( 5 Oktober 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Habakuk 1:2-3; 2:2-4; Lukas 17:5-10. Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (Lukas 17:6).

Perikop Lukas 17:5-10 diawali dengan sebuah permintaan yang sangat manusiawi dari para rasul: “Tambahkanlah iman kami!” Permintaan ini lahir dari kesadaran bahwa mereka merasa imannya kecil, rapuh, dan belum cukup untuk mengikuti Yesus. Bukankah doa itu juga sering menjadi doa kita? Ketika kita menghadapi sakit penyakit, pergumulan keluarga, atau kesulitan hidup, kita pun berdoa, “Tuhan, tambahkanlah imanku.”

Yesus menanggapinya dengan sebuah pernyataan yang menggugah, “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (Luk. 17:6). Biji sesawi adalah biji yang sangat kecil, hampir tak terlihat, namun dapat tumbuh menjadi pohon besar. Yesus mengajarkan bahwa bukan ukuran iman yang menentukan, melainkan kualitas dan kesungguhannya. Iman kecil yang sungguh dijalankan akan menghasilkan karya besar.

Iman itu bukan hanya soal banyak berdoa atau sering hadir di gereja. Iman yang sejati ditunjukkan dalam keberanian percaya kepada Tuhan, meskipun kita tidak memahami jalan-Nya. Iman bekerja ketika kita tetap berharap di tengah situasi sulit, ketika kita tetap berbuat baik meski tidak dihargai, dan ketika kita tetap setia meskipun ada godaan untuk menyerah.

Namun, Yesus tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan dengan perumpamaan tentang seorang hamba. Setelah bekerja seharian di ladang, hamba itu masih harus melayani tuannya di rumah. Ia tidak boleh menuntut imbalan atau penghargaan, karena memang itulah tugasnya. Pesan Yesus jelas: iman sejati selalu berjalan bersama kerendahan hati. Kita adalah hamba-hamba Allah, dan segala yang kita lakukan dalam hidup ini adalah kewajiban kita sebagai murid Kristus.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mudah kecewa jika kebaikan kita tidak mendapat balasan. Seorang ibu yang setiap hari melayani keluarga mungkin merasa lelah karena jarang mendapat ucapan terima kasih. Seorang pelayan gereja bisa merasa putus asa karena kerja kerasnya tidak diperhatikan. Seorang Mahasiswa kecewa karena merasa disakiti oleh sahabat seperjuangannya. Namun, bacaan hari ini mengingatkan kita: pelayanan sejati tidak menuntut balasan manusia, melainkan dilakukan dan dikerjakan dengan kasih dan kerendahan hati demi kemuliaan Allah.

Maka, ada dua ajakan utama dari Injil hari ini. Pertama, jagalah iman, sekecil apa pun itu. Jangan remehkan iman kecil yang kita miliki, sebab di tangan Allah, iman itu bisa menghasilkan hal-hal besar. Kedua, hiduplah dalam kerendahan hati. Ingatlah bahwa kita hanyalah hamba-hamba Allah, dan pelayanan kita bukan untuk mencari pujian, melainkan untuk mewujudkan kasih Kristus di dunia.

Semoga melalui renungan ini kita semakin berani mempercayakan hidup kepada Allah dan setia melayani dengan rendah hati. Mari kita mohon rahmat Tuhan agar iman kita, meskipun sekecil biji sesawi, dapat bertumbuh, berbuah, dan menjadi berkat bagi sesama.

Penulis
Bible Learning Loving The Truth

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *