Iman yang Memberanikan Kita Berjalan dalam Ketidakpastian

Reungan hari ini dari bacaan kitab Kejadian 12 : 1 – 9 dan Matius 7 : 1 – 5. “Pergilah dari negerimu, dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”(Kej. 12:1).

Ketika mendapat panggilan dari Allah untuk pergi dari negerinya, Abram taat dan langsung pergi sesuai dengan yang difirmankan Tuhan kepadanya. Ia mengajak istri dan lot keponakannya. Mereka pergi ke tanah Kanaan dengan berbekal kepercayaan bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya. Maka sampailah Abram ke tempat yang dijanjikan kepadanya. Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman “Aku akan memberikan tanah ini kepada keturunanmu “ ( Kej. 12 : 7). Di situ ia mendirikan Mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya.

Abram adalah orang yang dipilih Tuhan agar keturunannya menjadi bangsa yang besar, yang diberkati, dan Tuhan akan membuat namanya menjadi masyhur. Abram tanpa ragu sedikit pun berangkat bersama istri dan keponakannya ke negeri  yang akan di tunjukkan Tuhan kepadanya. Tampak betapa besarnya iman Abram dalam menanggapi panggilan Tuhan. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengajak istri dan keponakannya pergi menuju tanah terjandi.

Bagaimana iman dapat bertumbuh sampai seperti iman Abram dan mewarnai hidup kita? Pada zaman ini banyak sekali godaan-godaan yang ditawarkan oleh dunia dan banyak orang tertarik untuk mengejarnya. Orang lebih suka kenikmatan dunia dan melupakan kehidupan sesudah kematian. Korupsi merajalela sampai pada sendi-sendi yang besar sampai. Perang global bisa saja terjadi oleh karena ego manusia. Manusia lebih mementingkan kekuasan agar dapat menaklukkan dunia. Hal ini ironis tetapi nyata dan membuat kita miris. Namun, kita harus terus berdoa, begitu juga Gereja, komunitas, dan keluarga, untuk mohon belas kasih Allah agar tidak menurunkan murka-Nya atas dunia ini.

Kita yang berada dalam lingkup yang kecil harus bisa pula melakukan hal yang sederhana dan selalu mengupayakan dekat dengan Tuhan agar tidak mudah terpengaruh oleh suara bising di sana.  Kita perlu meningkatkan iman kepercayaan kita dengan setiap hari membaca Kitab Suci, atau misalnya dengan mengikuti KKS, yang membuat kita dekat dengan Tuhan dan membuat iman kita kian bertumbuh dan tidak terpengaruh oleh kebisingan duniawi. Kita pun sudah dijanjikan hidup kekal oleh Tuhan.  Seperti Abram, yang percaya bahwa Tuhan pasti akan menepati janji-Nya, langsung berangkat ke tanah terjanji, begitu pula hendaknya kita semua. Kita perlu memiliki keyakinan yang lahir dari iman yang kuat, yang memberanikan kita meninggalkan kemapanan untuk memulai sesuatu yang baru, yang belum jelas. Salah satu hal baru yang perlu kita latih: tidak menghakimi sesama, melainkan selalu berefleksi untuk melihat kelemahan sendiri dan bukan mencari-cari kelemahan orang lain (Mat. 7 : 1 – 5).

Sangat jelas FIRMAN Tuhan mengatakan “ Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi “ ( ay 1 )  

Matius 7 : 1 – 5 menekankan pentingnya melihat diri sendiri sebelum menghakimi orang lain Yesus mengajarkan agar kita tidak terburu-buru menilai orang lain, kita harus fokus pada diri sendiri untuk bisa introspeksi baru menilai seseorang untuk menasehati tapi tidak dengan menghakimi seperti perumpamaan yang di Firmankan Oleh Tuhan “ mengapa engkau melihat serpihan kayu dimata sodaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui “ ( ay 3 ) perumpamaan ini menunjukkan bahwa sering kali kita merendahkan atau mencari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkannya. Mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

sebaiknya kita menghakimi dengan kasih dan keinginan untuk membantu orang lain untuk bertobat agar pada akhirnya kita tidak lagi tergoda oleh dunia dan memilih menjadi pengikut Kristus yang setia.

Penulis
Bible Learning Loving The Truth

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *