Renungan dari Bacaan Yesaya 65:17 – 21 dan Yohanes 4: 43 – 54 “Orang itu percaya kepada perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi” (Yoh. 4:51) |
Dalam Yohanes 4:43-54, kita menemukan dua respon berbeda terhadap Yesus: ketidakpercayaan orang-orang di Nazareth dan iman perwira. Kedua respon ini memberikan pelajaran berharga tentang iman dan bagaimana kita seringkali meremehkan mujizat yang sudah ada dalam hidup kita.
Pada ayat 43-45, kita melihat Yesus kembali ke Galilea setelah menghabiskan waktu di Samaria. Meskipun banyak mukjizat yang telah dilakukan Yesus, orang-orang di Nazaret tidak sepenuhnya percaya kepada-Nya. Mereka terlalu fokus pada latar belakang duniawi Yesus—anak tukang kayu—sehingga mereka tidak bisa melihat-Nya sebagai Anak Allah.
Karena kurangnya iman mereka, Yesus tidak melakukan banyak mukjizat di sana. Hal ini mengajarkan kita bahwa iman adalah kunci untuk mengalami kuasa Tuhan dalam hidup kita. Tanpa iman, kita mungkin tidak dapat merasakan keajaiban dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, dalam ayat 48-50, kita melihat contoh iman yang luar biasa dari perwira itu. Pertama, ketika anaknya jatuh sakit, ia berkelana jauh untuk mencari Yesus dan memohon kesembuhan: “Tuan, datanglah sebelum anakku mati”. Kedua, ketika Yesus berkata bahwa anaknya akan sembuh, perwira itu tidak meminta bukti atau tanda fisik, melainkan mempercayai perkataan Yesus.
Iman perwira ini mengajarkan kita bahwa iman bukan tentang membutuhkan bukti, melainkan tentang mempercayai Yesus meskipun kita belum melihat atau merasakan sesuatu secara langsung. Pada akhirnya, anak perwira itu sembuh, seperti yang dijanjikan Yesus.
Seperti apakah kualitas iman kita? Apakah lebih mirip dengan iman orang-orang di Nazaret, yang hanya percaya jika ada tanda atau mukjizat besar? Ataukah seperti perwira, yang mempercayai perkataan Yesus meskipun tidak ada bukti fisik yang langsung terlihat?
Dalam hidup, sering kali kita merasa ragu atau ingin melihat tanda-tanda nyata sebelum kita benar-benar percaya. Padahal, sebenarnya Tuhan sudah bekerja melalui mukjizat-mukjizat kecil yang sering terabaikan. Keindahan alam, kasih sayang keluarga, dan cara-cara Tuhan membimbing saya melalui tantangan adalah mukjizat-mukjizat kecil yang menunjukkan kehadiran dan kesetiaan Tuhan.
Kita sering terjebak dalam pencarian akan mukjizat besar dan dramatis. Banyak orang berusaha mencari bukti fisik atau tanda yang luar biasa. Namun, dalam proses itu kita bisa mengabaikan mukjizat-mukjizat kecil yang sudah ada di depan mata kita.
Kenyataan bahwa kita bangun setiap hari, hidup kita dipenuhi dengan kasih dan kebaikan, serta momen-momen damai dalam kekacauan adalah mukjizat yang sering kali kita abaikan. Hal ini mengingatkan kita untuk tidak hanya menunggu sesuatu yang besar terjadi, tetapi untuk lebih peka terhadap tanda-tanda kebaikan Tuhan yang sudah ada dalam hidup.
Iman perwira mengingatkan kita untuk mempercayai perkataan Yesus, bahkan ketika tidak melihat bukti fisik yang segera. Inilah panggilan untuk mengenali semua yang terjadi dalam hidup setiap hari dan untuk mempercayai bahwa Tuhan sedang bekerja, bahkan dalam cara yang tidak selalu kita pahami.
Iman adalah tentang percaya kepada janji Tuhan dan menyadari karya-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Semoga dengan iman yang kita miliki, kita mampu melihat mukjizat Tuhan dalam peristiwa-peristiwa sederhana dalam hidup kita sehari-hari.
Penulis

