Renungan dari Bacaan: Yohanes 18:1-19:42 “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” Yohanes 19:30 |

Kisah penangkapan, pengadilan, dan penyaliban Yesus, dalam Yohanes 18:1-19:42, bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah narasi yang penuh dengan makna mendalam, tentang kasih yang tak terbatas. Di tengah pengkhianatan, ketidakadilan, dan penderitaan yang luar biasa, kasih Yesus tetap bersinar, menaklukkan segala kegelapan.
Ketika kita membaca Yohanes 18:1-19:42, kita dibawa ke dalam momen yang penuh dengan penderitaan dan kasih yang mendalam. Ini adalah kisah, tentang Yesus yang rela menyerahkan diri-Nya demi keselamatan kita semua. Di dalam perjalanan hidup-Nya, Yesus mengajarkan kita untuk selalu mengasihi dan mengampuni.
Bayangkan, malam di Taman Getsemani. Yesus, dalam kesedihan yang mendalam, berdoa kepada Bapa-Nya. Ia tahu apa yang akan terjadi, namun Ia tetap taat pada kehendak Bapa. Ketika Yudas dan serombongan tentara datang, Yesus menyerahkan diri, tanpa melakukan perlawanan. Ia tidak melawan, tidak melarikan diri. Ia memilih untuk menanggung penderitaan demi kasih-Nya kepada kita.
Di hadapan Hanas, Kayafas, dan Pilatus, Yesus tetap tenang dan berwibawa. Ia tidak membela diri, tidak membalas dendam. Ia hanya diam, membiarkan kebenaran berbicara. Pilatus, yang tidak menemukan kesalahan pada Yesus, akhirnya menyerah pada tekanan orang banyak. Ia mencuci tangannya, seolah-olah ingin melepaskan tanggung jawabnya. Namun, kasih Yesus tidak pernah dicuci bersih. Kasih itu tetap melekat, menembus hati kita.
Di Golgota, Yesus disalibkan di antara dua penjahat. Ia menanggung dosa-dosa kita, rasa sakit kita, dan ketakutan kita. Ia berdoa bagi orang-orang yang menyalibkan-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Inilah kasih yang sesungguhnya, kasih yang mengampuni, kasih yang memulihkan.
Yohanes 19:30 mencatat, “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” “Sudah selesai” bukan berarti akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang baru. Kemenangan kasih atas dosa dan kematian.
Kisah kasih Yesus ini, mengajarkan kita beberapa hal penting:
- Kasih yang Mengampuni: Yesus mengampuni orang-orang yang menyakiti-Nya. Bahkan saat rasa sakit menusuk tubuh-Nya, Ia berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Inilah kasih yang mengampuni, yang tidak mengenal batas, yang melepaskan dendam dan kebencian, membebaskan jiwa yang terluka. Kita pun dipanggil untuk mengampuni orang lain, bahkan pada mereka yang telah berbuat salah kepada kita.
- Kasih yang Berkorban: Kasih yang berkorban adalah kasih yang rela memberikan yang terbaik, bahkan nyawa, demi orang lain. Yesus memberikan teladan yang sempurna, dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Yesus rela berkorban dan menyerahkan nyawa-Nya demi kita. Kita pun dipanggil untuk mengasihi dengan tulus, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. 1 Yohanes 3:16: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” Kita dipanggil untuk mengasihi dengan tulus, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Kasih yang berkorban adalah tanda dari kedewasaan rohani dan kasih yang sejati.
- Kasih yang Menaklukkan: Kasih Yesus lebih kuat dari segala kegelapan dan kejahatan. Kasih-Nya menaklukkan dosa, kematian, dan ketakutan. Kebangkitan Yesus, adalah bukti nyata, bahwa kasih-Nya menang atas maut. Kasih-Nya memberikan pengharapan akan hidup yang kekal, bagi semua orang yang percaya. Roma 8:37-39: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih, karena kasih lebih kuat dari segala ketakutan, kesakitan dan kebencian. Kasih Yesus memberikan kita pengharapan dan kekuatan untuk menghadapi segala tantangan dalam hidup.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang bisa membuat kita kehilangan arah. Namun, kita harus ingat bahwa Yesus telah memberikan contoh yang sempurna tentang bagaimana kita harus menjalani hidup kita. Dia mengajarkan kita untuk selalu mengasihi, bahkan kepada orang-orang yang mungkin menyakiti dan membenci kita. Dia juga mengajarkan kita, untuk selalu mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Berdoalah dan mintalah kekuatan dari Tuhan, agar kita dapat selalu hidup, sesuai dengan ajaran Yesus. Jadikanlah kasih dan pengorbanan-Nya sebagai inspirasi dalam setiap langkah hidup kita.
Penulis

