Kegagalan dalam Membagikan Firman ( 22 September 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Ezra 1:1-6; Lukas 8:16-18. “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau meletakkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia meletakkannya di atas kaki pelita, supaya orang yang masuk, dapat melihat cahayanya” (Luk. 8:16)

Yesus berkata bahwa ada empat kelompok orang di dunia ini. Ia membandingkan kelompok-kelompok tersebut dengan jalan setapak, tanah yang berbatu-batu, tanah yang ditumbuhi rumput duri, dan tanah yang subur (Luk. 8:5). Hanya satu dari keempat kelompok ini yang menerima Sabda Tuhan hingga dapat berbuah. Hal ini berarti bahwa kita yang membagikan Sabda Tuhan dapat menghadapi banyak kegagalan sehingga bisa jadi timbul keinginan untuk menyimpan Sabda Tuhan untuk diri sendiri. Namun, Tuhan memerintahkan kita untuk menaruh terang Firman Tuhan di atas kaki dian kehidupan kita agar dapat menerangi semua orang. Yesus sendiri mengatakan demikian dalam Bacaan Injil Lukas hari ini: “Ia meletakkannya di atas kaki dian, supaya setiap orang yang masuk dapat melihatnya” (Luk. 8:16).

Tuhan juga memperingatkan kita bahwa jika kita tidak mewartakan Sabda-Nya, kita akan kehilangan-Nya (Luk. 8:18). Jika kita mendengar dan bertindak berdasarkan Sabda-Nya dengan membagikannya, Yesus berjanji bahwa Dia akan menganggap kita sebagai ibu, saudara laki-laki, dan saudara perempuan-Nya (Luk. 8:21; Mrk. 3:35). Tuhan memberi kita dorongan untuk membagikan Sabda-Nya meskipun banyak orang tidak menerimanya.

Apakah kita mengasihi Tuhan? Apakah kita mengasihi sesama? Apakah kita sungguh sadar bahwa setiap orang perlu percaya kepada Yesus Kristus? Apakah kita juga sadar bahwa “ketidaktahuan akan Kitab Suci berarti ketidaktahuan akan Kristus?” (St. Hieronimus, KGK, 133). Kita perlu mendengar Sabda Tuhan untuk percaya kepada Tuhan (Rm. 10:17).

Jika kita sungguh mengasihi Tuhan, kita harus berani menjadi garam dan terang bagi dunia. Lampu berguna kalau ia menerangi sekitarnya. Demikian pula iman kita berguna bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi sesama. Dengan tetap berusaha setia pada iman dan hidup yang baik, kita menerangi sekitar kita dengan kebaikan yang berasal dari Tuhan sendiri. Tuhanlah sumber segalanya dan kita hanya menjadi alat kecil untuk memancarkan cahaya kasih-Nya. Hal ini sama seperti apa yang diperbuat oleh Raja Kores untuk memulangkan kembali Umat Israel ke Tanah Israel dalam Bacaan I dari Kitab Ezra hari ini: “Maka berkemas-kemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem” (Ezr. 1:5). Maukah kita menjadi lampu-lampu kecil yang menerangi gelapnya dunia? Demi Tuhan dan kasih-Nya, bagikanlah Sabda-Nya kepada setiap orang.

Penulis

satu Respon

  1. Marilah kita menjadi pelita yang diletakkan pada kaki dian yang tinggi sehingga bs menjadi terang bagi lbh banyak umat dan melalui kita maka mereka bs merasakan Allah dan mengalami perkumpaan pribadi dg Allah sendiri.
    Setiap saat hidup menyenqngkan hati Tuhan. Mengasihi Tuhan dan sesama. Peduli pada yang miskin, kecil, sakit dan difabel. Memberikan motivasi pada yang sakit, membantu pemgobatan dan memberikan keperluannya yang pas juga mendoakannya. Memberi pada mereka di panti asyhan dan panti wreda, kolekte dg murah hati krn Tuhan telah memberi banyak buat kita salurkan pada yang membutuhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *