Renungan dari Bacaan: 2 Samuel 7 : 4 – 5a.12 – 14a.16; Mat 1:16.18-21.24a atau Luk 2:41-51a “Dinastimu dan kerajaanmu akan teguh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku” (2Sam.7:16) |
Tuhan berjanji kepada Daud bahwa setelah kematiannya, Tuhan akan membangkitkan keturunannya kemudian, yaitu anak kandungnya, dan akan mengokohkan kerajaannya (2Sam. 7:12). Tuhan menetapkan anak kandungnya itu yang akan mendirikan rumah bagi nama Tuhan dan takhta kerajaannya akan dikokohkan Tuhan untuk selama-lamanya. Tuhan akan menjadi bapanya dan dia akan menjadi anak Tuhan (2Sam. 7:13-14). Dinasti dan Kerajaan Daud dijanjikan Tuhan akan teguh untuk selama-lamanya di hadapan Tuhan, dan takhta Daud akan kokoh untuk selama-lamanya (2Sam.7:16).
Saya agak bingung membaca mengenai janji Tuhan ini, karena sepengetahuan saya, anak kandung Daud yang meneruskan takhtanya adalah Salomo, anak Batsyeba (1Raj. 1:30), dan Bait Allah yang didirikan oleh Raja Salomo itu dihancurkan berkeping-keping, sehingga tidak ada satu batu pun yang ada di atas batu lainnya. Bagaimana mungkin dikatakan bahwa Kerajaan Daud akan kokoh selama-lamanya? Ternyata Kerajaan yang dijanjikan kokoh untuk selama-lamanya itu bukanlah janji tanpa syarat, ada syarat yang mengikuti janji TUHAN itu.
Dalam Raja-raja 2:3 sebelum meninggal Daud berpesan kepada Salomo agar ia melakukan kewajibannya dengan setia terhadap TUHAN Allahnya, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dan tetap mengikut segala ketetapan, perintah, peraturan, dan ketetapan-Nya, seperti yang tertulis dalam Hukum Musa. Salomo harus melakukan semuanya itu bukan saja supaya ia beruntung dalam segala yang dilakukan dan dalam segala yang dituju, melainkan juga “supaya TUHAN menepati janji yang diucapkanNya tentang aku” (2Raj. 2:4). Jika anak-anak laki-laki Daud tetap hidup di hadapan Tuhan dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, keturunan Daud takkan terputus dari takhta Kerajaan Israel.
Dalam 2Taw. 3 dikisahkan Salomo mendirikan Bait Suci, yaitu rumah TUHAN di Yerusalem. Namun, raja-raja keturunan Daud berikutnya banyak yang berlaku tidak setia dengan mengikuti kekejian bangsa-bangsa lain, bahkan menajiskan rumah TUHAN. Berulang-ulang Tuhan mengirimkan peringatan melalui utusan-utusan-Nya, tetapi mereka mengolok-olok utusan itu dan menghina segala firman-Nya. Oleh sebab itu, murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, hingga akhirnya Ia menggerakkan hati Raja orang Kasdim melawan mereka. Seluruh perkakas rumah Allah dibawa ke Babel dan mereka membakar rumah Allah, dan merobohkan tembok Yerusalem. Sebagian besar penduduk Yehuda dibawa ke Babel sebagai budak (2Taw. 36:20).
Di dalam silsilah Yesus Kristus ditekankan bahwa Yesus itu Mesias, karena Ia anak Daud. Janji mesianik yang dijanjikan Tuhan kepada Daud terpenuhi dalam Yesus Kristus. Garis keturunan mesianik itu diperoleh-Nya melalui Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus Kristus (Mat 1:16.18-21.24a). Namun, Yusuf sebenarnya bukanlah ayah kandung Yesus, sebab Maria mengandung dari Roh Kudus ketika mereka masih bertunangan. Yusuf bahkan bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Ketika diberitahukan oleh malaikat Tuhan dalam mimpi, Yusuf akhirnya mengambil Maria sebagai istrinya.
Pesan Tuhan dalam mimpi membuat Yusuf rela mengurbankan mimpi-mimpinya untuk menjadi ayah kandung seorang anak, demi memenuhi mimpi Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Dia pun dengan sabar dan setia mengasuh dan membesarkan Yesus, meskipun tentu sangat menyesakkan ketika mengetahui bahwa Yesus itu bukan anak kandungnya. Ketika Maria menegur Yesus yang ditemukan dalam Bait Allah Yesus menjawab “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk. 2: 49).
Jawaban ini tentu terdengar menyakitkan, sebab seakan Yesus menyangkal Yusuf sebagai bapanya. Namun Yusuf menerimanya dengan rendah hati, karena ia mau merealisir mimpi Tuhan bukan mimpinya sendiri.
Kita pun tentu memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidup kita. Bersediakah kita seperti Yusuf mengorbankan mimpi kita untuk mewujudkan mimpi Tuhan. Dengan demikian kita tidak lagi menjadi tukang mimpi manusiawi belaka melainkan orang yang mampu menyatukan mimpi diri sendiri dengan mimpi Tuhan, sehingga Kerajaan Mesianik kokoh untuk selamanya.
Penulis

