Renungan hari ini dari bacaan 1Timotius 6: 6 – 16; Lukas 8: 4 – 15. “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Luk. 8:8). |
Surat Paulus kepada Timotius penuh dengan pesan dan nilai-nilai pertobatan. Paulus yang dahulu sebagai penganiaya, penghujat, dan seorang yang ganas, tetap dikasihi Tuhan, bahkan dicurahi anugerah Iman dan kasih dalam Kristus Yesus, dan dipilih sebagai rasul-Nya. Paulus telah bertobat bukan karena dihukum melainkan karena dikasihi. Sesungguhnya, Kristus Yesus datang ke dunia bukan untuk menghukum melainkan menyelamatkan orang berdosa.
Dalam hal inilah Paulus patut dijadikan contoh agar banyak orang menjadi percaya dan mendapat hidup kekal. Kepada Timotius Paulus berpesan agar ia mengajarkan mengajarkan pengalaman Iman Paulus kepada orang-orang di Efesus. Timotius yang diberi tugas perutusan pun menjalankan tugasnya dengan tekun mulai dari hal berdoa hingga ke hidup benar di hadapan Allah.
Dalam 1 Tim 6 : 6 – 16 disampaikan beberapa nasihat tentang hidup saleh dan tidak berambisi meraih hal-hal yang duniawi. Sebab, kita masuk ke dalam dunia tidak membawa apa-apa, begitu kelah ketika kita keluar. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Namun, mereka yang hanya memikirkan kekayaan duniawi justru jatuh ke dalam pencobaan dan tenggelam dalam kebinasaan. Dari sebab itu, jauhilah semua itu, kejarlah keadilan, kesalehan, dan kelembutan. Bertandinglah dengan benar dalam pertandingan iman dan raihlah hidup yang kekal. Turutilah perintah ini ajarkanlah kepada mereka semua dengan tidak bercacat dan bercela. Peringatkanlah orang-orang di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan berharap kepada sesuatu yang tak tentu melaikan hanya kepada Allah yang memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati, dan kita pun mau memberi dan mengasihi sesama dengan tulus hati. Itulah pesan Paulus kepada Timotius.
Lukas dalam Lukas 8 : 4 – 15, menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur kepada orang-orang yang datang dari kota. Ada beberapa penabur yang menaburkan benihnya. Ada yang menabur benihnya tetapi benih tersebut sebagian jatuh di pinggir jalan lalu diinjak orang dan burung memakannya hingga habis. Sebagian lagi jatuh di tanah yang berbatu-batu dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagaian lagi jatuh di tengah semak berduri sehingga mati karena terhimpit oleh semak berduri. Sebagian lagi jatuh di tanah yang baik dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat. Apa yang dapat kita maknai dari perumpamaan tersebut?
Yesus mengatakan “hanya kepada para murid Yesus memberi karunia untuk mengetahui rahasia-rahasia kerajaan Allah, tetapi kepada orang lain hal itu diberikan dalam perumpamaan. Benih adalah Firman Allah, yang di pinggir jalan adalah orang-orang yang mendengarnya, tetapi datang Iblis yang mengambil Firman itu dari hati mereka supaya mereka jangan percaya. Yang tumbuh di tanah berbatu ialah orang yang mendengar Firman itu tetapi tidak berakar. Mereka percaya hanya sebentar saja, kemudian murtad. Yang jatuh di semak duri ialah orang yang mendengar Firman itu tetapi selalu terhimpit oleh kekhawatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Tanah yang baik adalah orang-orang yang mendengar Firman itu menyimpannya dalam hati yang baik sehingga menghasilkan buah seratus kali lipat.
Kesimpulannya kita tidak bisa setengah-setengah dalam menjadi penabur yang menghasilkan buah berlimpah. Kita harus mempunyai hati dan pikiran yang baik, yang selalu terbuka bagi Firman Tuhan dan tekun melaksanakannya sehingga apa yang kita tabur akan tumbuh subur dalam hati dan pikiran sehingga dapat menghasilkan buah-buah kebaikkan dalam hidup jasmani maupun rohani kita.
Yesus berpesan “ Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar “ ( ay 8)
Penulis

