(Renungan dari Bacaan 1 Yohanes 4 : 7 – 10, Markus 6 : 34 – 44)
Kondisi ekonomi yang terbatas sering kali menjadi faktor utama yang melemahkan iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Masalah ekonomi menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan dalam hati dan pikiran kita. Akibatnya fokus kita melulu kepada uang, yang akhirnya tanpa kita sadari menjadi berhala dalam hidup kita. Hal seperti itulah yang terjadi pada bangsa Israel. Ketika menghadapi masalah setelah keluar dari Mesir, begitu mudahnya mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala buatan mereka sendiri,
Injil hari ini (Mrk 6:34-44) menunjukkan kepada kita Yesus yang memiliki belas kasih yang tak terbatas, Ia tidak hanya perduli akan makanan rohani tetapi juga makanan jasmani bagi orang yang mengikuti dan percaya kepada-Nya.
Setelah melaksanakan tugas perutusan Yesus, para rasul berkumpul dengan Yesus dan menceritakan semua karya pelayanan mereka, Yesus lalu mengajak mereka untuk pergi kesuatu tempat untuk beristirahat. Mereka perlu refreshing setelah sibuk dan kelelahan melayani orang banyak. Mereka pun menyeberangi Danau Galilea dengan naik perahu menuju ke tempat terpencil. Namun apa yang terjadi?, Ketika mendarat mereka melihat orang banyak yang menyusul mereka lewat jalan darat sudah tiba mendahului mereka dan menanti dengan penuh harapan. Melihat mereka hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Ia tidak lagi memikirkan kepentingan diri dan murid-murid-Nya. Rencana istirahat pun berubah menjadi karya pelayanan bagi orang banyak. Yesus mengajar mereka, memberi satapan Rohani.
Ketika hari mulai malam, para murid meminta Yesus agar nyuruh orang banyak pergi membeli makanan bagi mereka sendiri. Betapa bingung dan terkejutnya para murid Ketika Yesus berkata “Kamu harus memberi mereka makan!” Ketika melihat para murid kebingungan dan merasa tidak akan mungkin dapat melakukan perintah itu, kembali Yesus mengambil inisiatif dengan bertanya “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Hanya ada 5 roti dan 2 ikan yang mustahil cukup untuk memberi makan begitu banyak orang. Apa yang Yesus lakukan ??? Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, “Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat”, dan mujizat pun terjadi. Semua orang banyak itu makan sampai kenyang.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah menelantarkan orang yang mengikuti Dia. Yesus melayani bukan hanya kebutuhan Rohani melainkan juga kebutuhan jasmani mereka.
Dalam kehidupan ini, kita sering seperti murid-murid Yesus, kebingungan dan tidak mengerti harus berbuat apa ketika masalah ekonomi menimpa kita, ketika kita tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga, menurut ukuran yang kita pakai.
Injil hari ini mengajak kita untuk membawa masalah yang kita hadapi kepada Tuhan. Kita berdoa dan memohon kepada Dia, yang sanggup menyelesaikan segala persoalan termasuk yang mustahil bagi kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan mujizat-Nya nyata dalam hidup keseharian kita.
Kita sering kali hanya ingin melihat mujizat yang spektakuler menurut padangan kemanusian kita, padahal mujizat Tuhan selalu dinyatakan bagi setiap orang yang dapat melihat dengan mata imannya.
Saya seorang ibu yang menjadi orang tua Tunggal (single parent) dengan tiga anak sejak usia 33 tahun. Suami meninggal mendadak pada bulan Mei tahun 1998, ketika terjadi kerusuhan di-kota Jakarta. Jadi sudah hampir 27 tahun hidup sebagai orang tua tunggal bagi anak-anak saya. Kehilangan pasangan hidup di usia muda bukan hal yang mudah untuk dilalui. Saat itu saya berkata kepada Tuhan. “Saya percaya bahwa Tuhan, yang mengambil suami dan ayah anak-anak saya, akan bertanggung jawab dalam kehidupan yang harus kami jalani”.
Saat peristiwa itu terjadi, saya bekerja sebagai seorang karyawan perusahaan swasta. Ketika kedua anak saya harus kuliah di luar kota, penghasilan saya tidak mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka saat itu. Namun Tuhan adalah Allah yang bertanggung jawab. Ia mencukupkannya.
Tidak pernah sekali pun Dia meninggalkan saya berjuang sendirian dalam membesarkan anak-anak. Segala yang saya perlukan disediakan dengan cara-Nya sehingga anak-anak dapat menyelesaikan kuliahnya. Saat ini anak yang pertama sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak, yang kedua dan yang bungsu sudah mandiri bekerja. Puji Tuhan karya kasih-Nya luar biasa.
Mujizat Tuhan sungguh nyata dalam hidup saya. Setiap hari saya mengalami penyertaan dan kasih-Nya. Saya selalu di cukupkan. Ketika saya sakit sampai tidak bisa berjalan dan harus minum obat steroid hampir satu setengah tahun, Tuhan sembuhkan saya. Sejak saya sehat kembali, saya mulai melayani wilayah dan komunitas-komunitas yang ada dalam Paroki saya sampai sekarang.
Tidak mudah melewatinya, tapi percayalah “Tuhan bertangung jawab akan kehidupan setiap orang yang percaya kepada-Nya dalam iman, harapan dan kasih”.
Kasih-nya tidak akan berkesudahan dan tak akan pernah habis bagi kita yang taat dan setia kepada-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati.

Penulis

