Bacaan: Hosea 14 : 2 – 10; Markus 12:28b – 34. “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk. 12:30). |
Pertobatan berarti tindakan berputar U turn, tindakan berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah. Bagi bangsa Israel, umat perjanjian Allah, bertobat berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan mendurhakai Allah. Hal ini bukan berarti berubah kepercayaannya, namun meneguhkan kembali kepercayaan dan ketaatan pribadi kepada Allah.
Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi dukacita, penyesalan, dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yang sungguh kepada Allah meliputi tindakan merendahkan diri, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan Allah, disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diri-Nya dan jalan-Nya.
“Aku akan memberi mereka hati untuk mengenal Aku bahwa Aku-lah TUHAN. Mereka akan menjadi umat Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan kembali kepada-Ku dengan segenap hatinya” (Yer. 24 :7).
Hal-hal penting yang harus kita lakukan dalam pertobatan adalah memikirkan kata-kata penyesalan yang akan kita katakan kepada Allah ketika datang kepada-Nya. “Bawalah sertamu kata-kata [penyesalan] ini, dan kembalilah kepada TUHAN; katakanlah kepada-Nya, “Ampunilah segala kesalahan, dan terimalah yang baik, Sebagai ganti lembu, kami akan mempersembahkan pengakuan kami” (Hos. 14:3).
Sekarang, kita tidak dituntut untuk membawa kurban persembahan, melainkan doa penyesalan dan permohonan, ucapan bibir bukan dari bibir belaka, melainkan dari hati. Sebab, kalau tidak, kata-kata itu hanyalah formalitas belaka. Bertobat kepada Tuhan yang dilakukan secara batiniah harus tercermin juga dalam tingkah laku lahiriah.
Allah Maha Kasih akan menjumpai dengan belas kasih-Nya bagi orang-orang yang berbalik kepada-Nya. Allah sudah sepantasnya murka besar terhadap orang-orang berdosa, namun murka itu akan surut, apabila kita tunduk bersimpuh mencari hadirat-Nya dan bertobat, meninggalkan kesalahan dan dosa kita. Allah akan berdamai dengan orang yang berdamai dengan Dia dan seluruh kehendak-Nya.
Jika Allah demikian besarnya mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi Allah. Mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap pengertian, dan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua kurban bakaran dan kurban sembelihan. (Markus 12:33).
Pertobatan umat yang berdosa akan tampak dalam perubahan tutur kata dan perilaku yang menunjukkan
ketertundukan dan ketaatan pada perintah Allah. Wujud nyata dari buah pertobatan adalah menghidupi hukum kasih, yaitu mengasihi Allah yang esa dan mengasihi sesama. Jika semuanya sudah kita lakukan dengan sungguh-sungguh, atas perkenanan-Nya kita tidak jauh dari Kerajaan Allah (Mrk. 12:34).
Marilah kita memelihara hidup kudus, menghidupi hukum kasih, dan menyiapkan diri kita dengan perbuatan dan pikiran yang selalu terarah kepada Allah. Kita terus berusaha meneladani apa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita, sehingga pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, atas perkenan-Nya kita akan dituntun masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Penulis

