SALING MENOPANG SEBAGAI ANGGOTA GEREJA (26 Januari 2025)

Renungan dari Bacaan Nehemia 8: 3-5a. 6-7. 9-11;  1Korintus 12:12-30
1Korintus 12: 27: “Kamu semua adalah Tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya”.

Malam itu, ketika sedang menjalankan kewajiban saya menemani bapak yang sedang dirawat inap di sebuah rumah sakit, saya menyaksikan bapak tiba-tiba dengan muka berseri-seri duduk tegak  dari posisi sebelumnya,  hanya mampu tidur terlentang di atas sebuah bed rumah sakit, sambil berkata, “ Mbak…  Bunda Maria mengabulkan doaku, doa bapak dikabulkan. Bapak diberi kesembuhan total. Lihat.. ini bapak  sudah bisa duduk sendiri dan tidak merasa kesakitan lagi.” Lalu bapak kembali ke posisi tidur terlentang di atas bed, tertidur lelap. Saya percaya akan apa yang baru saja saya dengar dan lihat atas bapak.

Memang terhenyak saya saat  mendengar suara riang dan melihat gerakan yang baru saja bapak lakukan. Sontak saya ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakannya. Beliau sudah berminggu-minggu terbaring di rumah sakit untuk kesekian kalinya karena CA, dan jarang sekali bisa bergerak karena badannya terasa sakit semua saat melakukan gerakan. Menjelang jam 06.00 pagi kutinggalkan bapak untuk Misa harian di kapel, bersyukur, percaya akan kesembuhan bapak. Sepulang dari kapel saya dapati bapak kembali kesakitan seperti yang lalu-lalu, beberapa kali bapak minta pulang.

Kegiatan rutin seperti itu selalu kami, anak-anak bapak, lakukan secara bergantian, di tengah kesibukan kami masing masing. Tidak mudah dan tidak ringan yang kami alami selama itu, tetapi mengapa kami tetap melakukannya selama ini dan tak jemu-jemu? Sampai kapan ini akan berlangsung? Kapan bapak akan sehat kembali? Apa lagi yang harus kami buat?

“Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersuka cita” (1Kor. 12:26.). Kalimat inilah yang menyemangati kami dalam menemani bapak. Kami tidak ingin bapak merasakan kesakitan seorang diri. Dibutuhkan kasih yang besar, menghilangkan ego, berani berkorban agar masing-masing anggota bisa bersatu menopang ini semua.

Dalam Yohanes 2:1-11 diceritakan  ketika Maria, ibu Yesus, yang ada di pesta perkawinan di Kana, mengetahui bahwa mereka kekurangan anggur, ia segera menyampaikannya kepada Yesus, agar emimpin pesta tidak menanggung rasa malu. Ia berpesan kepada pelayannya agar menuruti perintah Yesus. Di sana ada tempayan-tempayan yang harus diisi air oleh para pelayan tersebut dan setelah Yesus memerintahkan kepada mereka “cedoklah” mereka menyadari bahwa isi tempayan-tempayan itu adalah aggur yang baik, telah terjadi mukjizat. Pemimpin pesta juga tidak menjadi malu, dan para pelayan pun ikut merasakan anggur yang baik. Dari teks ini kita menyadari bahwa Allah menunjukkan adanya mukjizat, selain karunia berbagi pada pemimpin pesta: karena anggur baik masih melimpah di akhir pesta, maka para pelayan pun bisa serta merta menikmati aggur baik tersebut.

Dari pengalaman menungggu bapak di rumah sakit serta merenungkan teks-teks di atas, kami menyadari bahwa untuk menyatukan semua anggota, kami sebagai anggota harus berani menghilangkan ego masing-masing  dengan jalan mau berempati, rela melayani, ikhlas berkorban, dan menyadari bahwa karunia yang ada pada masing-masing manusia berbeda-beda.

Tugas kita selanjutnya ialah mengembangkan apa yang ada, menghidupinya dalam lebih dari satu situasi,  sebagai bentuk syukur dan untuk memuliakan nama Tuhan.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *