Siapakah Aku Ini? Penyuap, Konspirator, atau Saksi?(21 April 2025)

Renungan dari Bacaan Kisah Para Rasul 2:14.22-32 dan Matius 28:8-15 
“Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi” (Kis. 2:32)

Siapakah Aku ini? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan klasik dalam retret kaum muda. Pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan abadi, bahkan seorang lanjut usia pun, tetap perlu menjawab pertanyaan ini: Siapakah aku ini? 
Jawaban atas pertanyaan ini merupakan ungkapan kesadaran diri sendiri. Ketika masih remaja pertanyaan ini sangat menohok, karena masa remaja merupakan fase perkembangan yang menentukan. Jawaban atas pertanyaan ini menentukan arah hidup selanjutnya. Sementara pada masa dewasa, apalagi dewasa lanjut, pertanyaan ini biasanya diabaikan, atau langsung dikaitkan dengan jabatan atau karir yang berhasil dicapai. Pada masa lanjut usia, pertanyaan ini perlu dijawab untuk menegaskan arah hidup selanjutnya. 
Dalam Perikop hari ini (Kis. 2:14.22-32), Petrus membantu kita menjawab pertanyaan Siapakah Aku ini? Khotbah ini merupakan bagian dari kotbah Petrus yang terkenal pada hari Pentakosta. Bayangkanlah kita hadir dalam peristiwa itu (sebaiknya membaca mulai dari awal Kisah Rasul atau Kis.2:1). Hayatilah peristiwa Pentakosta pertama itu. Bayangkanlah hadir bersama para rasul yang ketakutan akibat ditinggal oleh Yesus yang mereka andalkan itu dengan wafat di salib. Kematian yang hina. Gegar Rohani yang dialami para Rasul itu belum hilang, diikuti dengan batu penutup jubur yang tidak ada, kabar Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, lalu ada kabar penampakan Yesus kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain (Mat. 28:8-15), lalu Yesus diangkat ke surga (Kis.1:11). 
Pengalaman Pentakosta para Rasul itu melunturkan seluruh ketakutan apa pun yang ada di kalangan para murid pertama Yesus. Ketakutan tidak lagi menguasai mereka. Roh Kuduslah yang menguasai mereka. Orang-orang sederhana itu bahkan berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari. 
Apakah jawaban pertanyaan siapakah Aku ini dikaitkan dengan kotbah Petrus ini? Kotbah Petrus yang menggelegar lantang ini mengutip firman yang telah disampaikan Nabi Yoel lalu melanjutkannya dengan memberi kesaksian tentang Yesus yang mereka alami sendiri. Ia bicara tentang kekuatan, mukjizat, tanda-tanda ajaib, penyaliban, dan pembunuhan. Lalu Petrus mengutip Mazmur 16:8-11; 132:11, dan 2 Sam. 7:12-13. Bagian kotbah ini mewartakan tentang Mesias. Yesus yang dibangkitkan Allah, tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati. 
Pada zaman sekarang, pengalaman ‘mati suri’ semakin jarang. Apalagi kebangkitan orang mati beneran. Di perkotaan, hampir tidak mungkin lagi orang mati suri, karena orang-orang yang dinyatakan mati akan disuntik formalin sebagai bagian tata laksana pengelolaan jenazah. Yang mati suri saja akan langsung mati. Peristiwa ‘Lazarus’ yang mati lalu hidup, dialami oleh Yesus yang diwartakan oleh Petrus. 
Pada bagian perikop yang kita baca ditegaskan siapakah aku bagi Petrus dan kawan-kawannya, dan juga bagi kita semua yang mengikuti jalan Yesus (Kis 2:32). Kami semua adalah saksi. Kita semua saksi, bukan lagi aku ini seorang katekis, pedagang, politisi, dan seterusnya. 
Entah kita ini seorang anak, remaja, dewasa, atau lanjut usia, Perlu ingat jawaban atas pertanyaan Siapakah Aku ini? Aku adalah saksi Yesus zaman now tanpa keraguan apa pun lagi. 
Perikop Mat. 28:8-15 mengisahkan perjumpaan Maria Magdalena dan Maria lainnya dengan Yesus yang bangkit dan konspirasi tua-tua yang kisahnya masih bisa kita baca dari pengkotbah non-kristiani – tentang Yesus yang tidak mati atau tidak bangkit. Kisah penyuapan zaman dahulu, yang masih terjadi sampai hari ini, juga dilakukan oleh tua-tua zaman itu dan tua-tua zaman ini (Mat. 28:15).
Apakah panggilan kita sebagai saksi-Nya zaman ini? Saya yakin kita semua sekarang sudah tahu jawaban atas pertanyaan  “siapakah aku ini”? Kita juga sudah tahu kekuatan uang dan teman-teman untuk kita waspadai dalam hidup sehari-hari agar kita sungguh menjadi saksi-Nya: Saksi bahwa Yesus hidup dengan mewartakan bahwa Ia wafat dan bangkit pada hari ketiga. Mari!

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *