Tetap Setia Pada Kebenaran Di Tengah Godaan Dunia (7 Februari 2025)

Renungan dari Bacaan Ibrani 13 : 1 – 8 dan Markus 6 : 14 – 29
“Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
— Ibrani 13:6

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan antara mengikuti kebenaran atau menyerah pada tekanan dunia. Godaan akan kekuasaan, gengsi, dan kesenangan sering kali membuat kita mengorbankan prinsip iman. Kisah Raja Herodes dalam Markus 6:14-29 adalah cerminan dari bahaya kekuasaan dan keserakahan. Herodes sebenarnya tahu bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang benar (Mrk. 6:20), tetapi karena gengsi dan takut kehilangan muka di hadapan para tamunya, ia tetap memerintahkan eksekusi Yohanes. Ini menunjukkan bagaimana ketakutan akan kehilangan status dan tekanan sosial bisa membuat seseorang mengorbankan kebenaran.

Hal ini masih sangat relevan dengan kehidupan kita saat ini. Kita mungkin tidak berada di posisi raja seperti Herodes, tetapi kita juga sering diperhadapkan dengan tekanan sosial yang membuat kita sulit mempertahankan nilai-nilai kebenaran. Misalnya, ada banyak diantara kita yang merasa perlu mengikuti tren meskipun bertentangan dengan iman mereka, karena takut dikucilkan atau dianggap tidak keren. Seperti Herodes yang lebih memilih memenuhi permintaan Herodias daripada mendengarkan suara hati nuraninya, banyak orang juga tergoda untuk memilih yang nyaman daripada yang benar.

Namun, Yohanes Pembaptis memberi kita teladan keberanian dalam menyuarakan kebenaran. Meskipun ia tahu bahwa menegur Herodes dapat membahayakan nyawanya, ia tetap berani berkata, “Menurut hukum Taurat kamu tidak boleh kawin dengan istri adikmu.” (Mrk. 6:18). Yohanes tidak takut kehilangan status atau nyawa demi mempertahankan kebenaran. Ia menunjukkan bahwa setia pada kehendak Tuhan jauh lebih berharga daripada mengamankan posisi atau kenyamanan pribadi.

Sikap ini sejalan dengan nasihat dalam Ibrani 13:6, “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Dalam dunia yang semakin mengaburkan batas antara yang benar dan salah, kita diajak untuk tidak takut dalam menegakkan kebenaran. Jangan sampai ketakutan akan kehilangan pergaulan, pekerjaan, atau citra diri membuat kita mengorbankan nilai-nilai iman kita.

Sebagai refleksi, mari kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita lebih sering mengikuti arus dunia daripada berpegang pada kebenaran? Apakah kita lebih takut kehilangan status di mata manusia daripada takut melanggar kehendak Tuhan? Dunia mungkin menawarkan banyak godaan, tetapi kita harus ingat bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr. 13:8). Dengan iman yang teguh, kita bisa tetap berjalan di jalan yang benar, tanpa takut terhadap konsekuensi duniawi.

Semoga kita selalu berani memilih kebenaran, meskipun itu tidak populer atau berisiko. Seperti Yohanes Pembaptis, mari kita menjadi suara yang menegakkan kebenaran di tengah dunia yang sering kali mengabaikannya.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *