Aku Mau, Jadilah Engkau Tahir (10 Januari 2025)

(Renungan dari Bacaan 1 Yohanes 5 : 5 – 13, Lukas 5 : 12 – 16)

Saudara-saudariku yang terkasih dalam Yesus Kristus, masih ingat saudara pandemi Covid yang muncul di negara kita tahun 2020? Pada waktu itu pasien Covid-19 seringkali mendapatkan stigma negatif dari Masyarakat. Mereka dicibir bahkan dikucilkan dari lingkungannya. Stigma negatif ini banyak dirasakan bukan hanya oleh para penyintas Covid-19  melainkan juga keluarganya. Sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan dan menyakitkan. Baik itu penyakit ringan maupun berat, keduanya sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan membuat penderitanya merasa tidak nyaman. Itulah sebabnya, orang sakit sangat mendambakan kesembuhan. Mereka akan berusaha sedemikian rupa agar segera sembuh dari sakitnya. Dokter dan juga orang pintar dikejar. Harta dan waktu pun dikorbankan. Kesembuhan dicari.

Dalam Kitab Suci  dikatakan bahwa orang yang sakit kusta, atau lebih tepatnya orang yang menderita penyakit kulit yang menular, dijauhi dan dicap negatif oleh masyarakat sekitarnya. Penderitanya harus menjalani hukuman isolasi bahkan dibuang. Hal inilah yang membuat penderita merasa dikucilkan dan terbuang.

Dalam bacaan Injil hari ini dikatakan: Orang kusta itu tersungkur di depan Yesus dan memohon: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku’ (Luk. 5:12b). Dalam tradisi Yahudi orang yang kena penyakit kusta harus dijauhkan. Mereka diasingkan, dipisahkan dari kebanyakan orang dan tinggal jauh dari perkampungan. Dalam arti tertentu mereka “dibuang”. Ke mana-mana mereka harus memberikan alarm dengan berteriak najis-najis. Tentunya situasi ini meninggalkan luka yang dalam dan penderitaan yang luar biasa bagi orang yang menderita penyakit ini.

Terdapat perbedaan pandangan antara Yesus dan masyarakat Yahudi pada umumnya tentang perlakuan pada orang yang sakit kusta. Kisah ini menunjukkan bahwa Yesus konsisten dalam menjalankan misi-Nya. Sebagai Mesias yang memberitakan kedatangan tahun rahmat Tuhan, Ia menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Orang kusta masuk dalam kategori orang miskin, sebab yang dimaksud miskin di sini tidak hanya mereka yang berkekurangan secara ekonomi, tetapi juga kaum marginal, orang-orang yang disingkirkan dan diabaikan oleh masyarakat luas. Kepada mereka, Yesus berkenan mengulurkan tangan dan menjamah. Dengan ini ditegaskan bahwa status mereka sebagai anggota umat Allah dipulihkan sepenuhnya. Mereka adalah anak-anak Allah, dan Allah Bapa sungguh mengasihi mereka.

Seperti yang dikatakan dalam 1Yoh. 5:5-13, orang sakit kusta yang percaya pada Yesus ini memperoleh anugerah-anugerah dari Tuhan yaitu: Pertama, anugerah kemenangan. Percaya pada Yesus berarti kita bisa mengalahkan dunia yang dikuasai dosa. Kedua, Tuhan melalui Roh-Nya  telah memberikan kesaksian tentang Yesus sebagai Anak Allah yang berkenan pada-Nya. Ketiga, Tuhan menganugerahkan hidup melalui Yesus. Di luar Yesus tidak ada hidup.

Si kusta mempunyai keutamaan rendah hati. Hal ini tampak dari sikapnya yang tersungkur di hadapan Yesus dan memohon kepada-Nya. Selain itu, dia juga mempunyai keyakinan bahwa Tuhan Yesus dapat mentahirkannya (menyembuhkannya).

Bagi Yesus orang kusta bukanlah orang yang kotor dan najis. Ketika tangan-Nya yang kudus menjamahnya, yang terjadi bukanlah bahwa Ia tertular kusta dan kenajisannya, melainkani si kusta ketularan kekudusan-Nya dan menjadi tahir.

Iman dapat mengubah hidup seseorang, karena itu sebagai murid Kristus saya harus hidup dalam kebenaran yang dikehendaki oleh Tuhan. Saya harus mendengarkan suara-Nya dan bukannya berjalan ikut arus dunia. Allah peduli pada orang yang menderita dan disingkirkan dunia. Karena itu jangan menyimpan dendam di hati, berpikiran kotor dan negatif tentang orang lain. Tuhan tahu apa yang kira rasakan.

Dari kisah ini kita mengetahui bahwa seburuk apa pun keadaan kita, hingga mungkin banyak orang tidak mau bergaul dengan kita, dan kita malu serta tidak percaya diri lagi, Tuhan tetap mencintai kita. Dia selalu menyapa, menyentuh dan menyembuhkan kita. Agar ditahirkan, kita perlu mencontoh orang yang menderita penyakit kulit yang menular itu: berlari kepada Yesus ketika masalah menimpa kita, tersungkur di hadapan-Nya dan memohon belaskasihan-Nya. Dia adalah Allah yang Maha Pemurah. Dia pasti bersedia menjamah dan memulihkan kita.

Ya Allah, jamah dan ubahkanlah hidup kami dengan kuasa-Mu. Kami memohon kemurahan-Mu. Amin.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *