Ketika Rencana Tuhan Sulit Dipahami (20 Februari 2025)

Renungan dari Bacaan Kejadian 9:1-13 dan Markus 8:27-33
“Busur-Ku Kutaruh di awan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi” (Kej. 9:13)

Setiap manusia pasti pernah merasa bingung dengan jalan hidupnya. Kita diajarkan bahwa rencana Tuhan itu baik, penuh kasih, dan membawa kita pada keselamatan.  Secara teoritis, kita memahami bahwa Tuhan memiliki rancangan yang lebih besar daripada yang bisa kita lihat. Namun, ketika hidup yang dijalani tidak sesuai pengharapan, kita sulit melihat rancangan itu.

Adanya penderitaan, ketidakpastian, atau kesulitan, membuat kita mulai bertanya-tanya, “Mengapa harus begini? Mengapa tidak ada jalan yang lebih mudah?”

Setelah air bah, Tuhan membuat perjanjian dengan Nuh bahwa Ia tidak akan lagi membinasakan bumi dengan air. Sebagai tanda perjanjian, Tuhan memberikan pelangi —sebuah tanda kasih setia-Nya kepada manusia. Namun, meskipun ada janji keselamatan ini, dunia tetap penuh dengan tantangan, dan kesulitan.

Kita sering kali mengharapkan hidup yang lebih mudah setelah menerima janji Tuhan. Jika Tuhan berjanji menyertai kita, tentu hidup akan selalu lancar. Namun, Tuhan tidak menjanjikan hidup yang tanpa masalah, melainkan janji bahwa Ia akan tetap setia menyertai kita di tengah badai kehidupan.

Dalam Markus 8:31-33, Yesus menjelaskan bahwa Ia harus menderita, ditolak, dan mati sebelum akhirnya bangkit. Petrus tidak bisa menerima pernyataan Yesus. Ia menginginkan jalan mudah. Yesus menegurnya, karena pemikiran manusia sering kali hanya terfokus pada kenyamanan sesaat, bukan rencana Tuhan yang kekal. Keterbatasan pengetahuan dan pandangan kita membuat kita sulit memahami cara Tuhan bekerja.

Kita dipanggil  untuk taat dan mempercayai-Nya. Tuhan tidak berjanji memberi hidup yang nyaman di dunia, tetapi Ia memberikan janji keselamatan yang kekal melalui pengorbanan Yesus di kayu salib.

Oleh karena itu, ketika menghadapi jalan yang sulit, jangan menyerah atau meragukan kasih-Nya. Percayalah bahwa rencana-Nya lebih besar daripada yang bisa kita pahami.

Tuhan menyertai kita, dan setiap penderitaan dalam iman membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Amin

Penulis


Editor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *