Renungan hari ini dari bacaan Kitab Kejadian 16: 1-12.15-16 dan Matius 7: 21-29. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Matius 7:21) |
Ajaran Yesus tentang hukum dan kehendak Allah sepanjang khotbah dibukit dalam Injil Matius bab 5-7 diakhiri dengan penegasan kesimpulan bahwa pelaksanaannya menjadi ukuran dalam pengadilan terakhir. Tujuan Kesimpulan ini adalah untuk menunjukkan betapa pentingnya ketaatan akan perintah-perintah Yesus. Di dalam ayat 21 dikatakan: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Kuyang di surga”. Melalui perkataan Yesus ini mau ditegaskan bahwa orang yang diterima dalam Kerajaan Surga, bukan yang banyak berseru-seru kepada Tuhan, tetapi orang yang melakukan kehendak-Nya. Banyak orang mengira bahwa dengan seringnya menyerukan nama Tuhan sudah cukup membawa orang ke surga. Mungkin dalam doa dan pelayanan, kita sering memuji dan menyembah Tuhan. Kita mengandalkan hidup kerohanian sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan yang kita perhitungkan sebagai harta untuk bisa masuk Kerajaan Surga. Jika itu yang terjadi dalam hidup kita, hati-hati lah !!! Jangan sampai kita seperti orang-orang yang dikatakan pada ayat 22: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?” Merasa sudah berbuat banyak hal yang hebat dan luar biasa, tetapi tidak taat melakukan apa yang diperintahkan-Nya, kita akan mendapat penghakiman terakhir dari Yesus sendiri seperti pada ayat 23: “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu yang melanggar perintah Allah!” Tuhanlah Hakim atas semua yang kita lakukan selama hidup di dunia, seperti perkataan Sarai kepada Abram “Tuhan kiranya yang menjadi Hakim antara akudan engkau.” (Kej. 16: 5).
Janganlah kehidupan rohani kita seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Bukan berarti kita tidak boleh berdoa, memuji dan menyembah-Nya, melainkan tidak cukup hanya itu. Kita tidak cukup hanya mendengar perkataan Tuhan, melainkan harus melaksanakannya juga, keduanya penting.
Ayat 24 – 27 adalah dua macam dasar yang ditegaskan Tuhan, pilihan ada di tangan kita: mau menjadi orang bijaksana atau orang bodoh? Selamat atau binasa?
Setiap kita mempunyai kehendak bebas memilih yang diberikan Tuhan bagi manusia ciptaan-Nya. Kebijaksanaan dan kebodohan bukan soal kepintaran seseorang tetapi soal melandaskan hidupnya pada perkataan Tuhan atau tidak. Manusia diselamatkan Allah yang telah menyatakan belas kasih dan kehendak-Nya melalui Yesus.
Mari kita hidup taat, setia pada perkataan dan kehendak-Nya, serta menjadi pelaku kasih-Nya. Pada pengadilan terakhir pintu Kerajaan Surga tertutup bagi orang yang cuma rajin memuja-Nya sebagai Tuhan, tanpa perbuatan dan pelayanan kasih yang dikehendaki-Nya. Tuhan Yesus Memberkati.
Penulis

