Renungan hari ini dari bacaan Roma 1:16-25; Lukas 11:37-41 “Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kehatan”(Luk. 11:39). |
Kadang dalam pergaulan di sekolah, di tempat kerja, atau bahkan dalam keluarga, ada rasa takut untuk menunjukkan iman kita. Takut dianggap fanatik, takut diejek, atau takut ditolak. Namun, Santo Paulus dengan tegas berkata dalam suratnya kepada jemaat di Roma: “Sebab, aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16).
Paulus menegaskan bahwa Injil bukan hanya kata-kata indah atau sekadar cerita lama, melainkan kekuatan Allah yang nyata. Injil adalah kabar gembira yang mengubah hidup, yang sanggup membawa keselamatan bagi siapa pun yang percaya. Namun, bacaan ini juga memberi peringatan keras: ada orang-orang yang memilih menolak kebenaran Allah dan justru menukar kebenaran itu dengan kebohongan. Mereka lebih menyembah ciptaan yang lain daripada Sang Pencipta, lebih sibuk mengejar hal-hal duniawi daripada mencari Allah yang sejati. Akibatnya, hati menjadi gelap dan hidup mereka kehilangan arah.
Dalam Injil Lukas 11:37-41 Yesus mengecam orang Farisi, karena sikap mereka yang munafik. Orang Farisi adalah suatu golongan dalam masyarakat Yahudi yang sangat ketat dan kaku dalam menjalankan hukum Taurat. Mereka menaatinya sampai pada hal-hal yang kecil, tetapi hanya supaya dilihat orang, untuk pamer. Selain itu, mereka membuat hukum menjadi suatu yang membebani banyak orang. Mereka menerapkan hukum secara ketat pada orang lain tetapi tidak pada diri mereka sendiri. Sikap munafik ini membuat kepribadian mereka tidak lagi utuh, melainkan terpecah dan terjadi konflik batin yang terus menerus dalam diri mereka. Orang yang bersikap munafik seperti itu biasanya suka memakai topeng, tidak tampil apa adanya dan selalu berbohong.
Apakah cara hidup seperti itu orang dapat merasakan sukacita, kegembiraan, dan kebahagiaan? Jelas tidak! Kebahagiaan terjadi bila hati dan pikiran kita bersih dan murni, tindakan kita tulus, jujur, dan benar. Agar tidak jatuh ke dalam sikap munafik, pertama-tama penting sekali membiasakan diri melihat diri agar senantiasa waspada dengan kemunafikan. Kedua, orang perlu menjaga hati dan pikiran agar tetap bersih, jujur, tulus. dan lurus. Hati, pikiran, dan tindakan harus selaras dan positif, serta terarah kepada rencana dan kehendak Allah.
Yesus meminta para murid-Nya dan kita untuk memperhatikan kebersihan hati, pikiran, dan tindakan. Kedalaman, ketulusan, dan kemurnian hati dan pikiran dalam menjalankan hidup keagamaan jauh lebih penting daripada “tindakan-tindakan formal” yang kelihatan tetapi tidak diikuti oleh motivasi yang tulus dan murni.
Khususnya bagi orang muda, godaan untuk “menukar kebenaran dengan kebohongan” sangat besar dan nyata. Dunia menawarkan banyak hal: kesenangan instan, popularitas di media sosial, gaya hidup yang tampak keren di luar tetapi kosong di dalam. Kita bisa saja sibuk membangun citra diri agar dilihat orang lain, tetapi lupa membangun hati yang bersih di hadapan Tuhan. Bacaan hari ini mengingatkan bahwa apa yang terlihat di luar tidaklah cukup; yang dilihat adalah isi hati kita.
Saatnya kita pun berani, seperti Paulus, berkata, “Aku tidak malu terhadap Injil.” Bukan saja dalam arti kita mengakui Injil sebagai kekuatan Allah yang membuat kita mengenal Allah sebagai kebenaran dan kasih, tetapi juga berani menampakkan kebenaran Injil dalam hidup kita. Salah satu caranya adalah tidak bersikap munafik, tidak fokus hanya pada penampilan luar untuk pamer, melainkan ketulusan hati. Kiranya Kristus membersihkan hati iman kita sehingga dalam mewujudkan iman, kita bertindak bukan untuk mencari nama atau sebutan, melainkan mengungkapkan kasih Allah dalam kehidupan nyata. Kita ingin berakar dalam kasih, bertumbuh dalam kebenaran, dan menghasilkan buah kasih dan kebenaran.
Penulis


satu Respon
**mind vault**
mind vault is a premium cognitive support formula created for adults 45+. It’s thoughtfully designed to help maintain clear thinking