Renungan hari ini dari bacaan Kitab Kejadian 15:1-12, 17-18 dan injil Matius 7:15-20. “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”(Mat. 7:15). |
Mungkin di antara kita sudah tidak asing lagi dengan idiom “serigala berbulu domba”. Idiom ini menggambarkan seseorang yang tampak baik dan tidak berbahaya di luar, tetapi memiliki niat jahat di dalam. Arti Serigala berbulu domba adalah hewan yang menyamar, yang menjadi simbol untuk orang yang munafik dan berbahaya.
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepada mereka dengan menyamar seperti domba, padahal sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Waspada yang dimaksud oleh Yesus adalah supaya jangan sampai sifat buruknya menular kepada kita dan jangan sampai kita terjebak oleh siasat buruknya.
Mengapa Yesus perlu memperingatkan kita dengan berkata “Waspadalah”?? Jawabannya adalah karena ada kemiripan atau persamaan yang dibuat oleh nabi palsu sehingga menyerupai nabi asli. Kehadiran mereka sulit dideteksi karena mereka membaur di antara kita. Mereka memperlihatkan sikap yang religius dan tutur kata yang manis. Namun, di balik penampilan mereka yang begitu mengesankan, tersembunyi seekor serigala yang siap menerkam dan menyeret kita ke jalan yang sesat. Karena itu, sebagai umat beriman kita harus menjaga diri baik-baik agar tidak terpengaruh oleh pengajaran yang tidak benar.
Lalu bagaimana mengetahui apakah seorang nabi itu sungguh-sungguh nabi Tuhan atau nabi palsu? Kita bisa melihat perbuatan-perbuatan mereka, dari buah-buah yang mereka hasilkan! Tanda nabi-nabi Tuhan ialah: menghasilkan buah-buah kebaikan dalam karya dan hidup mereka. Nabi sejati akan menghasilkan buah-buah Roh Kudus, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Nabi sejati akan menunjukkan kerendahan hati dan sikap hormat kepada orang lain, termasuk kepada mereka yang tidak sependapat dengannya. Mereka tidak akan mencari pujian atau kekuasaan untuk diri sendiri, tetapi akan mengarahkan perhatian kepada kemuliaan Allah.
Sedangkan tanda-tanda dari nabi palsu adalah tak segan-segan “memangsa” jemaatnya, dalam arti ia memanfaatkan orang-orang yang dilayaninya untuk memperoleh keuntungan. Nabi-nabi macam ini sering memanipulasi firman Tuhan hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan menghasilkan buah-buah yang bertentangan dengan Roh Kudus, seperti perpecahan, pertengkaran, iri hati, kemarahan, perselisihan, fitnah, dan lain-lain. Mereka menunjukkan kesombongan, keangkuhan, dan sikap merendahkan orang lain, serta mencari pujian dan kekuasaan untuk diri sendiri.
Sebagai umat beriman kita harus mengenali “buah” dari pewartaan dan pengajaran mereka. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Buah-buah yang baik memiliki akar-akar yang baik. Yesus ingin agar kita berakar dalam diri-Nya setiap hari, tidak hanya melalui doa-doa, pembacaan dan permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, tetapi juga dengan memperkenankan Dia memangkas kita layaknya ranting-ranting anggur.
Untuk dapat menghasilkan buah rohani seperti kasih, kebaikan, dan keadilan, kita harus hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Hal ini dicapai dengan tetap tinggal dalam Kristus melalui doa pribadi dan bersama, mengikuti ibadah gereja, setia menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan sakramen tobat, tetapi juga melatih diri untuk bertindak. Ibadah dan doa saja tidak cukup, melainkan orang harus mencoba dengan semangat yang diperoleh melalui doa dan ekaristi, meneladani Yesus, baik dalam sifat-sifat maupun berbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang harus diingat ialah bahwa buah yang baikdihasilkan oleh “pohon yang baik”.
Iman yang sejati menghasilkan “buah yang baik” (perbuatan). Perbuatan baik adalah “buah” dari iman yang sejati. Artinya orang yang memiliki iman yang sejati akan diselamatkan. Selanjutnya, orang yang telah menerima keselamatan akan menghasilkan “buah” yang baik.
Nama Abraham dikenal sebagai seorang beriman karena kesetiaan dan komitmennya terhadap panggilan dan perintah Tuhan (Kej. 15:1-12.17-18). Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa ia akan memiliki keturunan yang banyak, sebanyak bintang-bintang di langit. Abraham percaya pada janji Tuhan, meskipun pada saat itu ia belum memiliki anak dan sudah lanjut usia. Tetapi Tuhan memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran. Ini berarti Tuhan memandang Abraham sebagai orang yang benar karena imannya, bukan karena perbuatannya.
Demikian, kita melihat pentingnya iman yang terwujud dalam tindakan nyata. Iman yang sejati akan menghasilkan buah yang baik, yaitu tindakan yang sesuai dengan kehendak Allah. Iman yang hanya sebatas pengakuan tanpa perbuatan, bukanlah iman yang sejati, sama seperti nabi palsu yang hanya tampak saleh tapi tidak menghasilkan buah yang baik.
Bila saya adalah pewarta Injil, apakah saya telah memberitakan Injil dengan motivasi yang tulus hanya untuk membawa banyak orang datang kepada Yesus dan mengalami kasih-Nya? Apakah saya telah menyampaikan kebenaran yang berasal dari Yesus sendiri atau hanya mewartakan ajaran yang hanya manis didengar, namun tidak sesuai dengan kebenaran yang diperintahkan Kristus ???
Marilah kita meneladani Bapa Abraham yang hidup dengan iman, kepercayaan, dan ketaatan kepada Allah, sehingga kita juga dapat menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kita.
Ada tiga hal penting untuk keselamatan manusia, yaitu: mengetahui apa yang harus ia yakini, yang ia inginkan, dan yang harus ia lakukan. – St. Thomas Aquinas
Penulis


5 Responses
Trm ksh renungannya. Sangat memberkati dan mengingatkan akan kemurnian pewartaan/pelayanan..
Puji Tuhan. Terimakasih atas dukungan dan support bu Linda. Tuhan memberkati. 🙏
Serigala berbulu domba…?!?!?! Nabi palsu yang tak segan-segan “memangsa” jemaatnya, memanfaatkan orang-orang yang dilayaninya untuk memperoleh keuntungan. Ini benar banget..!! Seorang nabi itu sungguh-sungguh nabi Tuhan dari buah-buah yang mereka hasilkan! .
Kita perlu berhati hati, Banyak kepalsuan yang tampak saleh (“menyamar seperti domba”), untuk melayani . Tanda nabi-nabi Tuhan ialah: menghasilkan buah-buah kebaikan dalam karya dan hidup merekai. Selalu membawa DAMAI bukan pemecah belah…..
Ya Tuhan,
aku sering salah membedakan suara-Mu dari bisikan egoku.
Amatilah akar hatiku – jika ada ‘serigala’ berbulu domba, cabutlah!
Ajarku menghasilkan buah yang tetap:
Buah iman , ketika ragu,
Buah pengharapan, ketika gelap,
Buah kasih,ketika egois.
Engkaulah Sang Pokok Anggur Sejati. Amin.”*
𝘛𝘩𝘢𝘯𝘬 𝘺𝘰𝘶 𝘴𝘪𝘴 𝘓𝘶𝘤𝘪𝘢, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘳𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢.
Terimakasih atas dukungan kak Nina & Sis Yulia. Semoga kita dapat menjadi domba yg mengengarkan suara Gembala Agung yaitu Kristus Yesus.🙏
Terima kasih Sis Lucia buat renungannya yang sangat meneguhkan.
Kita diingatkan untuk menjadi pribadi yang utuh , sama antara tampilan luar dan di dalam hatinya, jangan tampak baik diluar tapi dalamnya penuh kebusukan.
Tetap semangat berkarya ya Sis.
Tuhan Memberkati selalu 🙏🩷😇🥰