Belum Siap Menanggungnya (15 Juni 2025)

Renungan Dari Bacaan Amsal 8:22-31 dan Yohanes 16:12-15
“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.” – Yohanes 16:12

Kalimat ini diucapkan Yesus di saat-saat terakhir bersama murid-murid-Nya sebelum Ia pergi menuju salib. Ia tahu bahwa waktu-Nya di dunia hampir habis, dan ada begitu banyak hal yang ingin Ia bagikan.Yesus tahu bahwa para murid belum siap secara emosional dan rohani untuk menerima seluruh kebenaran tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, dan pelayanan Roh Kudus yang akan datang.Ia berkata dengan jujur, “Sekarang kamu belum dapat menanggungnya.”Di dalam kalimat ini tersembunyi hikmat Allah yang dalam. Tuhan tidak pernah memaksa pewahyuan atau tanggung jawab rohani kepada seseorang yang belum siap menerimanya.

Tuhan tidak pernah tergesa-gesa. Ia bersikap bijaksana dan penuh pengertian di dalam kelembutan kasih-Nya. Ia memperlakukan setiap manusia sesuai dengan kedewasaannya, baik secara rohani, emosional, maupun mental.Kebenaran ini menantang pola pikir manusia modern yang serba instan. Kita terbiasa menuntut jawaban segera, pencapaian cepat, dan pengertian penuh akan segala hal. Namun, Tuhan bekerja dengan cara berbeda. Ia bukan hanya tertarik pada hasil akhir, namun juga pada pembentukan karakter selama prosesnya. Ia tidak hanya ingin kita tahu lebih banyak, namun juga menjadi lebih dewasa dan matang.

Seperti seorang guru yang mengajarkan pelajaran berdasarkan tingkat kemampuan muridnya, demikian juga Tuhan. Ia tidak memberi makanan keras kepada bayi, melainkan susu.Tuhan tahu kapan waktunya mengangkat beban yang lebih berat di dalam hidup. Ia juga tahu kapan seseorang masih perlu dituntun secara perlahan-lahan.Yohanes 16:12 menunjukkan bahwa kesiapan rohani adalah bagian penting dari perjalanan iman. Banyak orang ingin dipakai Tuhan, ingin mengerti seluruh rencana-Nya, ingin memiliki kedalaman hikmat. Namun,i tidak semua orang siap menanggung bobot tanggung jawab atau kebenaran yang menyertainya. Dalam kasih, Tuhan menunggu. Ia membentuk, mendidik, dan memperlengkapi.Tuhan tidak mengukur manusia dari ambisi atau kepintarannya, melainkan dari kedewasaan dan kesiapan hatinya.

Percayalah, di tangan Tuhan, proses itu bukan suatu penundaan, melainkan pendewasaan.Jika hari ini kita merasa belum diberi jawaban, atau belum mengerti panggilan Tuhan untuk kita secara pribadi, janganlah menjadi putus asa. Bukan berarti Tuhan sedang mengabaikan, melainkan Ia sedang mempersiapkan kita. Ia sedang memurnikan niat hati, menguatkan karakter, dan membangun dasar iman yang kokoh agar saat waktunya tiba, kita bukan saja mampu menerima, tetapi juga layak menanggungnya. Amin

Penulis


Editor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *