Renungan hari ini Yehezkiel 3:12-21; Lukas 11:27-28. “Yang lebih berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”(Luk. 11:18). |
Pernahkah Anda melihat orang tua bangga dan bahagia ketika anaknya sukses? Ya tentu saja setiap orang tua senang dan bahagia ketika melihat anaknya sukses dan menjadi orang penting di masyarakat. Bacaan injil hari ini menceritakan bagaimana seorang wanita berseru memuji ibu Yesus yang melahirkan-Nya karena melihat kehebatan Yesus. Karya-karya yang Ia buat pasti membahagiakan wanita yang melahirkan-Nya. Namun, di sini Yesus menjawab bahwa yang benar diberkati adalah mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya. Di sini Yesus justru mengajarkan hal-hal yang berbeda. Bagi yesus kebahagiaan dimiliki oleh mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan memelihara-Nya.
Yesus tidak menolak kemuliaan Maria. Sebaliknya, Ia justru menunjukkan alasan sejati mengapa Maria begitu berbahagia: karena ia mendengarkan dan memelihara sabda Allah sejak awal hidupnya. Dari jawaban Yesus ini, kita diajak untuk melihat bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya soal status, kedudukan, atau pengalaman lahiriah, melainkan sikap hati yang setia pada firman Allah. Firman Tuhan inilah yang akan membawa kita kepada kebahagiaan karena firman Tuhan adalah terang kehidupan.
Kita tahu bahwa Bunda Maria adalah contoh nyata dari sabda Yesus ini. Ia mendengar firman Allah yang disampaikan kepadanya melalui malaikat Gabriel. Ia menanggapinya dengan iman: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1:38). Maria tidak hanya mendengar, tetapi juga menyimpan segala peristiwa dalam hatinya (Luk. 2:19). Ia menjaga firman itu, merenungkannya, dan menuruti kehendak Allah dengan setia. Karena itulah, Maria menjadi berbahagia, bukan pertama-tama karena perannya sebagai ibu jasmani Yesus, melainkan karena ketaatannya pada firman Allah.
Dalam realitas dewasa ini, banyak orang mencari kebahagiaan melalui harta, prestasi, atau pujian manusia. Namun, Yesus menunjukkan bahwa kebahagiaan yang sejati hanya dapat ditemukan dalam relasi yang intim dengan Allah. Di zaman sekarang, kita lebih mudah mendengar banyak suara: dari media sosial, berita, hiburan, hingga opini publik. Sayangnya, suara-suara ini seringkali membuat kita sulit membedakan mana yang sejati dan mana yang menyesatkan. Yesus hari ini mengingatkan kita: kebahagiaan tidak akan datang dari sekadar mengikuti arus dunia, tetapi dari mendengarkan sabda-Nya. Maka, kita perlu menyediakan waktu untuk membaca Kitab Suci, merenungkan, dan berdoa secara teratur. Dengan demikian, di tengah hiruk-pikuk dunia digital, kita tetap menjaga hati kita berakar dalam firman Allah. Firman Allah adalah jalan yang menuntun kita masuk ke dalam relasi itu. Mendengarkan firman berarti membuka hati untuk dicerahkan, sementara memelihara firman berarti menghidupi dan menerapkannya dalam keseharian. Di sinilah letak shalom sejati: damai, sukacita, dan kepenuhan hidup.
Seperti bacaan pertama yang sudah kita dengar menceritakan bagaimana Nabi Yehezkiel menerima tugas berat dari Tuhan untuk menjadi penjaga bangsanya. Ia harus memperingatkan manusia tentang jalan yang benar dan dosa, agar mereka hidup sesuai kehendak Tuhan. Meskipun resiko penolakan besar dan bahkan kebisuan atas ketegarannya, Yehezkiel dipanggil untuk menyampaikan firman Tuhan tanpa kompromi. Tugas ini adalah bentuk tanggung jawab dalam menjaga sesama agar tidak tersesat dalam dosa dan menerima hukuman. Nabi Yehezkiel dengan gigih melaksanakan firman Tuhan. Semoga kita juga tetap setia dan gigih dalam mendengarkan, merenungkan, dan melaksanakan Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari
Mari kita membiasakan diri untuk mendengarkan firman Tuhan, dan tidak cukup hanya mendengarkan, tetapi juga merenungkan dan melaksanakan.
Penulis

