(Renungan dari Bacaan Ibrani 9:15, 24-28 Markus 3:22-30) “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus, tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa yang kekal“ (Mrk. 3:29). |
Mari sejenak memperhatikan magma yang dikeluarkan gunung berapi. Ketika masih dalam bentuk cair, magma mengalir kemana-mana dan memiliki daya untuk menghanguskan apa pun yang dilewatinya. Kemudian pergerakannya melambat ketika mulai mengeras, sampai akhirnya berhenti dan membatu. Segala yang terperangkap di dalamnya mati, mengeras menjadi batu, tidak berubah hingga ribuan tahun. Mari perhatikan air mengalir yang menjadi sumber kehidupan. Berbagai makhluk hidup di dalamnya. Kelestarian hidup manusia, hewan, dan tumbuhan di darat, bergantung pada air. Namun, ketika musim dingin tiba, segala air sungai dan danau membeku, bahkan titik air di udara membeku dan salju turun menutupi bumi. Detak kehidupan seakan melumpuh, melambat, dan mematikan. Sejarah membuktikan bahwa musim dingin panjang telah memunahkan makhluk hidup. Demikian juga hati manusia yang membeku dan keras seperti batu, menjadi penyebab kelumpuhan dan kematian rohani.
Para ahli Taurat mempelajari hukum dalam Taurat supaya dengan panduan itu mereka hidup layak, untuk menyambut kedatangan Mesias. Mereka memiliki pengharapan sendiri tentang sosok Mesias. Namun, mereka melupakan yang terpenting, yaitu kehendak bebas Allah untuk menghadirkan sosok Mesias yang dipilih-Nya. Ini adalah dosa yang amat fatal, yaitu dosa menolak kuasa Roh Allah. Kekerasan hati telah membutakan mata hati mereka, meski Yesus Kristus telah memberikan banyak tanda bukti sosok Mesias Pembebas yang tertulis dalam hukum Taurat dan kitab para nabi. Yaitu bahwa orang sakit disembuhkan, yang buta melihat, yang bisu dan tuli dipulihkan, bahkan roh-roh jahat diusir. Ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem –pusat keagamaan dan pengajaran–, malah menuduh Yesus telah kerasukan roh jahat, Be’elzebul, dan bahwa dengan kuasa pemimpin setan Yesus mengusir setan (bdk. Mrk. 3:22). Dengan menuduh demikian, para ahli Taurat telah menghujat kuasa Roh Allah yang bekerja di dalam segala karya penyembuhan yang dilakukan Yesus.
Namun, karena hati Yesus dikuasai oleh kasih Allah, Ia memanggil mereka, berusaha mengajar dan memberi pengertian bahwa bagaimana mungkin Iblis dapat mengusir Iblis? (Mrk. 3:23). Iblis itu seperti perampok yang berusaha merampas segala harta di dalam sebuah rumah. Tetapi, terlebih dahulu ia harus mengalahkan dan mengikat orang kuat penjaga rumah. Lalu, siapa orang kuat yang dimaksud? Yesuskah, yang sedang berusaha ‘dibungkam’ oleh si penguasa maut yang sedang menguasai hati dan pikiran para ahli Taurat? Sebab, Iblis memang berkuasa atas maut, sedangkan Yesus datang untuk membebaskan orang-orang yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan karena takut kepada maut (bdk. Ibr. 2:14-15). Para ahli Taurat menganggap diri mereka penjaga hukum Taurat dan mereka pengajar dan pelestari hukum Taurat. Lalu apa jadinya, kalau para penjaga hukum malah mengajarkan hal yang salah? Bukankah seluruh umat menjadi sesat dan terseret dalam maut? Andaikan saja mereka membiarkan hati dan pikiran mereka dipimpin Roh Allah, mereka akan sanggup melihat pernyataan Roh Allah di dalam diri Yesus Kristus.
Akan tetapi, menolak Yesus berarti menolak Roh Allah di dalam diri-Nya dan menolak keselamatan yang dianugerahkan-Nya, melalui penumpahan darah. Menurut hukum Taurat, segala sesuatu disucikan dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:22). Dengan penumpahan darah-Nya yang kudus, Yesus sebagai Imam Besar menurut aturan Melkisedek (Ibr. 5:10), akan membawa kurban penghapusan dosa bagi manusia, satu kali untuk selama-lamanya dan menjadi pengganti perjanjian yang pertama. Dialah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima warisan kekal yang dijanjikan (bdk. Ibr. 9:15, 24-28). Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya untuk kedua kalinya, bukan untuk menanggung dosa, tetapi untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia (Ibr. 9:28b). Sepantasnya kita berusaha agar tidak mengeraskan hari kita, menolak pimpinan Roh Kudus untuk bertobat dan menerima pengampunan dosa. Ingat pesan Yesus yang sangat penting: “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus, tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa yang kekal“ (Mrk. 3:29).

Penulis

