Jangan Menyerah Ketika Merasa Lelah ( 24 Juni 2025 )

Reungan hari ini dari bacaan Kitab Yesaya 49:1-9 dan injil Lukas 1:57-66,80. “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku.” (Yes. 49:4)

Setiap orang yang terpanggil untuk melayani Tuhan pasti pernah mengalami suatu masa di mana ia merasa lelah, jenuh, kecewa, atau bahkan ingin menyerah. Rutinitas dari waktu ke waktu, sering berujung kejenuhan. Ada kalanya ketika kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, segala sesuatu tidak berubah menjadi lebih baik. Atau bahkan kita berusaha melayani dengan baik, tetapi tidak dihargai bahkan disalahpahami. Sudah berdoa dan bekerja keras, namun tidak ada perubahan dalam keluarga, pelayanan, pekerjaan, perekonomian, atau kesehatan kita. Rasanya seperti berjalan sendirian dalam kabut tebal, tanpa arah yang jelas.

Nabi Yesaya (Yes. 49:4) menyuarakan keluhan yang sangat manusiawi: ia merasa bahwa semua jerih payahnya dalam melayani adalah sia-sia. Ia merasa seolah tidak ada hasil yang nyata, padahal ia telah memberi yang terbaik. Namun, Yesaya tidak berhenti dalam keputusasaan. Ia segera berkata, “Namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku” (Yes. 49:4c). Di sini kita melihat sebuah iman yang dewasa, iman yang tidak bergantung pada hasil yang terlihat, melainkan bersandar penuh pada Tuhan yang melihat dan menilai motivasi hati yang terdalam.

Sering kali kita mengukur keberhasilan pelayanan dengan standar dunia ini. Jumlah anggota komsel yang kita layani, suksesnya kegiatan sosial yang kita lakukan, apresiasi atau pengakuan berupa pujian dari orang lain yang terberkati oleh pelayanan kita, bahkan jumlah berkat materi yang kita terima. Namun, Tuhan menilai berdasarkan ketaatan, kesetiaan, dan ketulusan. Yang penting bukan seberapa banyak yang dapat dilihat dan diukur oleh manusia, tetapi seberapa dalam kita setia di hadapan Tuhan.

Tuhan menegaskan bahwa panggilan bagi hamba-Nya lebih besar dari yang ia sadari (Yes. 49:5-6). Ternyata tugasnya bukan hanya untuk memulihkan Israel, tetapi untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Artinya, apa yang tampak kecil dan gagal menurut manusia, sebenarnya adalah bagian dari rencana Allah yang jauh lebih besar.

Tuhan kadang membiarkan kita merasa “gagal” agar kita berhenti mengandalkan kekuatan diri sendiri. Mengubah tujuan dan motivasi kita yang berpusat pada diri (jumlah jiwa yang dihasilkan, pujian manusia, berkat jasmani, dll), dan mengarahkan tujuan pelayanan kita kepada apa yang berkenan dan menyenangkan hati Allah. Lakukan bagian kita sebaik-baiknya. Biarlah Allah menjadi Allah, dan mengerjakan apa yang tidak mampu kita kerjakan.

Jadi, ketika kita merasa lelah dan bertanya, “Apakah semua ini sia-sia?” Dengarkan suara Tuhan hari ini: Tidak. Segala ketaatan dan pelayanan kita, bila kita lakukan dengan tulus dan hati yang murni, tidak akan sia-sia. Tuhan menghargai setiap tetes air mata, setiap doa dalam kesunyian, setiap tindakan kasih yang tak terlihat. Dia sedang bekerja menurut waktu dan cara-Nya, dan akan memberi upah kepada orang-orang yang setia kepada-Nya.

Penulis

satu Respon

  1. Sungguh,.ini sgt menghibur dan menguatkan sy, pergumulan batin yg terluka,stas perlakuan tmn dlm pelayanan. Dan sy punya niat menarik diri dr pelayanan utk mnjadi PASIF sj, dan beralih pd bentuk pelayanan yg lain. Sy sdh berpikir 1mgu dlm doa dan keheningan,.Apakah sy salah.?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *