(Renungan dari Bacaan Yesaya 40: 1 – 5, 9 – 11, Lukas 3: 15 – 16, 21 – 22)
kamu bisa mendengarkan audio renungan di bawah ini
Bayangkanlah diri kita seperti umat Israel yang sedang dalam masa menjalani pembuangannya di Babel. Mereka pasti hidup di dalam penderitaan yang amat mendalam. Rasa penyesalan dan kerinduan akan tanah air, selalu saja muncul di dalam benak pikiran mereka. Namun, Allah berfirman, “Hiburkanlah umat-Ku.” Kata-kata penghiburan ini begitu lembut, menjanjikan kedamaian di tengah badai kehidupan.
Pernahkah kita merasa lelah, putus asa, atau bahkan hilang arah dalam menjalani hidup kita tersebut? Hidup yang kita jalani saat ini memang tidak mudah, banyak kesulitan-kesulitan yang kita hadapi bersama. Mulai dari masalah biaya hidup yang meningkat, sulitnya memperoleh pekerjaan, banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja di sana-sini, dsb.nya. Tidaklah salah kalau Menkes mengungkapkan, bahwa 32 Juta Warga RI terkena gangguan mental, Anxiety-Bipolar.
Tentu saja ayat-ayat Yesaya 40:1-2 tersebut, hadir bagaikan oase di tengah gurun, menawarkan penghiburan dan harapan. Allah, Sang Pencipta alam semesta, mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ia berjanji akan memulihkan segala luka dan mengganti air mata dengan sukacita.
Dalam kehidupan kita saat ini, kita mungkin menghadapi berbagai tantangan: kehilangan pekerjaan, sakit penyakit, hubungan yang retak, atau kekecewaan akan harapan. Saat itulah kita diingatkan bahwa Allah selalu ada di sisi kita, siap untuk menguatkan dan menghibur. Kita tidak sendirian.
Selain penghiburan, ayat-ayat ini juga berbicara tentang pengampunan. Allah telah memaafkan segala kesalahan kita. Kita tidak perlu lagi memikul beban dosa. Bebaslah kita untuk hidup dalam sukacita dan damai sejahtera.
Sebagai umat Kristiani, kita memiliki peran penting dalam menyampaikan kabar baik ini kepada orang lain. Kita adalah utusan-utusan Kristus, yang terpanggil untuk membawa terang di tengah kegelapan. Mari kita menjadi seperti Sion, yang naik ke gunung yang tinggi dan berseru dengan nyaring tentang kasih Allah. Mari kita merespons panggilan Allah ini dengan sungguh-sungguh. Dengan hati yang terbuka, kita akan merasakan damai sejahtera yang melampaui segala akal.

Penulis

