Perjanjian kekal, Kehidupan kekal (10 April 2025)

Renungan dari Bacaan Kejadian 17:3-9 dan Yohanes. 8:51-59 
“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (Yoh 8:51)

Allah mengikat perjanjian kekal dengan Abraham, yaitu bahwa Ia menjadi Allah Abraham dan keturunannya. Abraham dijanjikan tanah dan keturunan yang akan berkembang menjadi bangsa-bangsa dan raja-raja. Syaratnya, Abraham dan keturunannya harus setia pada perjanjian Allah (Kej. 17:3-9). Sepanjang sejarahnya, Israel telah diingatkan oleh para nabi yang diutus Allah agar tetap setia kepada ketetapan dan firman-Nya. Namun, seringkali mereka lebih suka mendengarkan nabi-nabi palsu, yang tidak diutus Allah, karena perkataan mereka lebih menyenangkan hati mereka. Para nabi yang menyuarakan pesan Allah, malah dibunuh. Akibatnya, orang benar menderita kemalangan dan orang berdosa tidak bertobat dari kesalahannya. Melanggar perjanjian dengan Allah, berarti berpaling, meninggalkan Allah yang hidup. Hal ini akan menggiring pelakunya kepada maut dan kebinasaan.  Jadi, jika seseorang menjauh dari Allah yang hidup, layakkah mereka mengaku sebagai anak-anak Abraham? 

Aturan dan ketetapan memang diperlukan, supaya perjanjian kekal dengan Allah dapat dilestarikan.  Namun, saat itu orang Yahudi menerapkan aturan dengan cara yang kurang berpihak pada kehidupan orang lemah seperti para janda, anak yatim, orang cacat, orang yang menderita penyakit menajiskan, dan orang-orang miskin. Misalnya: pemuka Yahudi mengecam dan berusaha menganiaya Yesus, karena menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Ketika Yesus menjelaskan: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang dan Aku pun bekerja” (Yoh. 5:16-17), mereka makin berupaya untuk membunuh-Nya. Yesus menanyakan para pemuka Yahudi tentang siapa yang mereka sebut “Dia adalah Allah kami”, padahal mereka tidak mengenal Dia!  Mereka lebih mengutamakan aturan-aturan, daripada memperhatikan pemulihan kehidupan sesama yang lemah. Jika sungguh-sungguh mengenal Allah, tentunya mereka akan menerima dan mendengarkan Yesus yang diutus-Nya. Karena siapa saja yang mengaku berasal dari Allah, akan mendengarkan firman Allah (Yoh. 8:47). Siapa saja yang menuruti firman-Nya, tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya (bdk. Yoh. 8:51). Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia, Anak Tunggal Bapa, yang penuh anugerah dan kebenaran (Yoh. 1:14).  Karena itu, Yesus berkata, “Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita” (Yoh. 8:56). Abraham, teladan orang yang dibenarkan Allah karena imannya, telah menyaksikan Yesus yang dimuliakan Bapa, dalam segala karya yang dikerjakan-Nya. Abraham yang  secara jasmani telah lama mati, dalam iman secara rohani tidak mengalami maut dan ia bersukacita. Maka, sekiranya mereka mengaku sebagai ‘anak-anak Abraham’, tentunya mereka akan mengikuti teladan Abraham, bukannya malah berusaha untuk membunuh Yesus. Yesus datang ke dunia untuk menyatakan kebenaran, supaya orang-orang yang berada dalam cengkeraman kuasa maut, dibebaskan.

Ya Bapa, dengan bimbingan Roh Kudus, semoga saya sanggup mendengar, menuruti firman-Mu, dan lebih berani memilih untuk melakukan yang benar di mata-Mu. Semoga saya tidak terjebak melakukan ritual agama, tetapi melupakan makna rohani yang mendasarinya. Semoga saya lebih berani mementingkan kebangunan spiritualitas-rohani, dibanding hal-hal yg bersifat dunia-lahiriah. Semoga firman-Mu selalu menjadi air-air kehidupan dalam hati saya dan mata air yang tidak pernah kering.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *