Renungan dari Bacaan Daniel : 3: 14-20, 24-25, 25-28 dan Yohanes 8: 31-42. “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”. ( Yoh. 8: 32 ) |
Waktu itu, malam hari, saya bersama tiga orang lainnya dalam satu mobl melintasi Alas Roban, dalam perjalanan dari Yogya menuju Jakarta. Tiba-tiba saya terhenyak melihat di depan saya dari arah berlawanan, di lajur yang sama, truk gandeng melaju dengan kecepatan tinggi. Hal itu terjadi karena mobil kami menyalip tetapi sopirnya sepertinya salah perhitungan. Secara nalar manusia pasti akan terjadi tabrakan dahsyat karena kedua kendaraan tersebut sama-sama berada di lajur jalan yang sama dan sama-sama dalam kecepatan tinggi. Situasinya sudah tidak memungkinkan lagi bagi kedua belah pihak untuk saling berpindah lajur karena masing-masing lajur sudah penuh dengan truk truk yang mengekor dibelakangnya. Dalam situasi yang mencekam ini tak ada hal lain yang bisa saya lakukan selain berusaha untuk sabar, tidak marah kepada sopir dan segera memejamkan mata untuk berdoa mohon pertolongan Tuhan. Saya memohon, jika diperkenankan, kami semua, kedua belah pihak selamat. Saya tidak tahu berapa lama saya berdoa, yang saya rasakan wktu itu hanyalah kesunyian, tidak terdengar suara apa pun, dan badan saya terasa sangat ringan. Ketika saya membuka mata ternyata mobil saya sudah berada di pinggir jalan di luar kawasan Alas Roban, lengkap dengan sopir dan kedua penumpang lainnya di jok belakang, yang nota bene mereka adalah kedua orang tua saya. Kami semua selamat.
Penulis Daniel 3:14-20 mengisahkan tentang 3 orang pemuda: Sadrakh,Mesakh dan Abednego, yang diminta Raja mereka untuk menyembah berhala. Posisi mereka sebenarnya sulit, karena yang meminta adalah seorang raja, yang mereka kenal dan yang memberi mereka nafkah sehari-hari. Apalagi permintaan ini disertai ancaman jika mereka tidak mau menuruti permintaan raja, mereka akan dimasukkan ke dalam api dengan kepanasan tingkat tujuh. Namun, dengan melibatkan Tuhan ketiganya berani menolak permintaan raja. Mereka menolak untuk menyembah berhala. Mereka mengatakan Allah merekalah yang Maha Benar. Terbukti Allah mereka menyelamatkan mereka dari api.
Yesus adalah kehadiran Allah yang nyata. Dalam Yoh. 8: 31-42 Yesus menyatakan bahwa dengan benar-benar menjadi murid-Nya, yang berarti harus percaya, taat dan setia pada firman-Nya, kita akan mengetahui kebenaran, kebenaran tentang Yesus dan firman-Nya. Kita akan mengenal Tuhan dan ajaran-Nya yang memerdekakan, membebaskan kita dari dosa dan memberikan hidup kekal. Inilah satu-satunya kebenaran yang memerdekakan kita, membebaskan kita dari belenggu dosa, kesombongan, kemarahan, untuk mendapatkan keselamatan rohani. Yesus adalah sumber dan wujud dari kebenaran. “Akulah jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6). Mengenal Dia berarti mengenal kebenaran yang menyelamatkan.
Maukah kita melibatkan Allah dalam setiap pergumulan yang muncul, menanggalkan kemarahan dan kesombongan?
Penulis

