| Renungan hari ini dari bacaan : Kejadian 3:9-15.20; Lukas 1:26-38.“Kata Maria, ‘Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia” (Luk. 1:38). |
Memasuki minggu adven ke 2, kita diajak Lukas untuk merenungkan kembali kelahiran Yesus
dari sudut pandang Maria dalam menghadapi rencana Allah yang sangat mengejutkan. Ketika menerima salam dari malaikat Gabriel: “Salam, hai Engkau yang dikaruniai! Tuhan menyertai engkau” (Luk. 1:28). Maria terkejut dan bingung. Sebab, ia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan malaikat Gabriel itu. Sangat dapat dipahami betapa terkejutnya Maria dengan peristiwa yang tiba-tiba menimpa dirinya. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya kejadian itu menimpa seorang gadis dalam keluarga kita. Bisa jadi akan timbul kekacauan dan kehebohan.
Perkataan Malaikat Gabriel berikutnya semakin tidak dimengerti Maria: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau harus menamai Dia Yesus” (Luk. 1:30).
Peristiwa yang dialami Maria ini tentu sulit sekali untuk dapat dipahami dengan akal budi. Mana ada seorang perempuan bisa mengandung ketika ia belum bersuami, atau lebih tepatnya, belum pernah berhubungan dengan laki-laki?
Dalam tradisi bangsa Yahudi yang sangat ketat dan ekstrim dengan hukum Taurat, seorang perempuan yang mengandung di luar pernikahan akan diusir, dibuang, dan diasingkan. Bahkan, ia bisa jadi ikatan kuluarganya pun diputus. Sungguh sangat mengerikan. Kenyataan ini tentu saja membuat Maria kuatir dan takut. Dalam perasaan yang tidak menentu ini, Malaikat Gabriel menjelaskan rencana Allah tentang kelahiran Mesias melalui dirinya.
Dalam keadaan yang masih tidak mengerti, Maria dengan ketaatan dan imannya berkata, “Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk. 1:38).
Mustahil bagi manusia, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kuasa Allah melampaui pikiran dan akal budi manusia. Elisabet yang sudah divonis mandul pun bisa mengandung. Roh Kudus yang dicurahkan atas setiap kita akan bekerja sesuai dengan rencana Allah dalam setiap panggilan hidup kita masing-masing.
Maria adalah teladan ketaatan dan iman. Oang-orang yang dipilih dan dipakai Tuhan harus berani berkata seperti Maria: “Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu”.
Dalam Perjanjian Lama, yakni dalam Kejadian 3:20, Hawa disebut ibu semua yang hidup. Dalam Perjajian Baru, Maria adalah ibu semua orang percaya kepada Anak Allah yang dilahirkannya, yaitu Yesus. Hawa menunjukkan kepada kita bagaimana kesombongan, keinginan untuk menjadi sama dengan Allah, menggiring manusia kepada kematian. Sebaliknya, Maria, dengan kerendahan hatinya, telah menghadirkan Yesus, Penebus dosa-dosa manusia, di tengah-tengah kita.
Semoga dalam masa adven ini, kita dapat mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan-Nya, dengan terus mengembangkan sikap rendah hati. Tuhan Yesus memberkati.
