Tembok yang Tak Tampak ( 27 September 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Zakaria 2:1–5, 10–11a; Lukas 9:43–45 “Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya” (Zak. 2:5).

Pernahkah kita merasa hidup terbuka dan rentan, seperti sedang berdiri di tengah padang luas tanpa perlindungan?

Mungkin saat pekerjaan tak pasti, kesehatan mulai goyah, atau orang-orang yang diandalkan tiba-tiba menjauh. Di saat-saat seperti itu, wajar jika ada rasa takut dan rasa tak aman.

Di zaman sekarang, “tembok” manusia pada umumnya bukan lagi batu bata—melainkan hal-hal seperti pekerjaan, gaji tetap, asuransi, tabungan, koneksi sosial, atau bahkan rutinitas harian. Ada rasa aman selama semua itu berjalan dengan lancar. Namun, begitu satu tembok itu retak, mulai  timbul kepanikan. Akan timbul pertanyaan, “Apa yang akan terjadi? Siapa yang akan melindungiku?”

Firman Tuhan dalam Zakaria 2:1–5 memberikan sebuah jawaban yang menguatkan. Yerusalem waktu itu adalah kota yang sedang dibangun ulang, belum selesai, tanpa tembok pertahanan. Tapi Tuhan berkata: “Aku akan menjadi tembok berapi di sekelilingnya dan kemuliaan di tengah-tengahnya.” Hal ini berarti Tuhan sendiri yang akan melindungi mereka. Bukan dengan cara manusia, tetapi dengan kehadiran-Nya yang penuh kuasa. Itulah perlindungan ilahi yang tak terlihat, tetapi sangat nyata.

Menariknya, dalam Lukas 9:43–45, murid-murid Yesus juga mengalami kebingungan yang serupa. Di tengah kekaguman mereka terhadap mukjizat Yesus, tiba-tiba Yesus mengatakan bahwa Ia akan diserahkan ke tangan manusia. Mereka tidak mengerti, tetapi takut untuk bertanya. Yang mereka inginkan adalah perlindungan yang terlihat, seorang Mesias yang menang, bukan yang menderita.

Bukankah demikian juga harapan kita? Kita ingin Tuhan menolong secara instan, dengan cara yang jelas dan bisa dilihat. Kita ingin kehadiran Tuhan terasa nyata. Namun, sering kali Tuhan bekerja dalam kesenyapan. Perlindungan-Nya hadir dalam ketenangan, dalam kekuatan batin yang muncul saat kita nyaris menyerah, dalam pertolongan kecil yang datang tepat waktu.

Penyertaan Tuhan tidak selalu terlihat, namun tetap ada. Mungkin kita tidak melihat-Nya, tetapi dapat merasakannya saat kita tetap berdiri meski diterpa badai, saat dikuatkan padahal seharusnya sudah tumbang, saat  merasa damai di tengah kekacauan.

Melalui renungan firman ini, Tuhan mengajak setiap kita untuk percaya bahwa perlindungan-Nya tidak bergantung pada hal-hal duniawi. Tidak perlu takut karena hidup kita tidak terbuka tanpa penjaga. Justru ketika semua “tembok duniawi” runtuh, kita bisa menemukan bahwa ada tembok yang lebih kuat, yaitu Tuhan sendiri yang melingkupi dengan kasih setia dan kuasa-Nya.

Jadi, tetaplah melangkah.

Meskipun tembok-Nya tak nampak,

kita aman di dalam-Nya. Amin

Penulis


Editor

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *