Renungan dari bacaan Yeremia 17 : 5 – 10 dan Lukas 16 : 19 – 31 “Ingatlah bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu” (Luk. 16:15). |
Berkat adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada umat-Nya sebagai bentuk kasih dan pemeliharaan-Nya. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa setiap berkat yang kita terima bukan sekadar untuk dinikmati sendiri, melainkan memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu memuliakan Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Berkat yang kita miliki, baik berupa harta, kesehatan, waktu, maupun talenta, seharusnya tidak menjadi alasan untuk merasa cukup dan berada jauh dari Tuhan. Sebaliknya, berkat itu seharusnya menuntun kita kepada sikap syukur dan kesadaran bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan.
Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus dalam Lukas 16:19-31 menyoroti bahaya jika berkat hanya dipakai untuk kesenangan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Orang kaya dalam kisah ini hidup dalam kemewahan, berpakaian indah, dan berpesta setiap hari. Sementara itu, Lazarus yang miskin, sakit, dan kelaparan, hanya bisa berharap mendapat sisa makanan dari meja orang kaya itu.
Namun, saat mereka meninggal, keadaannya berbalik. Lazarus mendapat penghiburan di pangkuan Abraham, sementara orang kaya itu menderita dalam sengsara kekal. Orang kaya itu bukan dihukum karena kekayaannya, tetapi karena ia gagal memahami tujuan dari berkat yang Tuhan percayakan. Seharusnya, berkat tersebut dipakai untuk menjadi sarana menolong sesama dan memuliakan Tuhan.
Kisah ini menegaskan bahwa berkat yang tidak disikapi dengan hati yang peduli dan penuh kasih bisa membuat kita terjerumus dalam sikap egois dan melupakan panggilan untuk berbagi dengan sesama.
Setiap berkat yang Tuhan berikan memiliki tujuan yang mulia. Tuhan ingin kita menggunakan berkat itu untuk hal-hal berikut ini. Pertama, untuk menolong sesama. Seperti Lazarus yang sangat membutuhkan uluran tangan, di sekitar kita ada banyak orang yang membutuhkan perhatian, kasih, dan bantuan. Tuhan ingin kita peka terhadap kebutuhan mereka. Kedua, untuk memuliakan Tuhan. Berkat yang kita terima seharusnya dipakai untuk menghormati Tuhan, baik melalui sikap hidup yang rendah hati maupun melalui pemberian yang tulus untuk mendukung pekerjaan Tuhan. Tiga, untuk membangun karakter yang benar. Tuhan tidak hanya memberi berkat untuk kenyamanan, tetapi juga untuk membentuk karakter kita agar semakin menyerupai Kristus: menjadi pribadi yang murah hati, penuh belas kasih, dan peduli kepada sesama.
Berkat yang Tuhan berikan, baik besar maupun kecil, memiliki tujuan yang jauh lebih dalam daripada sekadar memenuhi kebutuhan pribadi. Kita dipanggil untuk menjadi penata dan pelayan yang bijak atas setiap berkat itu.
Berkat sejati bukan hanya tentang apa yang kita miliki, melainkan terutama tentang bagaimana kita menggunakannya untuk membawa dampak yang baik dan kekal bagi orang lain serta untuk memuliakan Tuhan.
Penulis

