Bertobat Atau Binasa ( 25 Oktober 2025 )

Renungan hari ini dari bacaan Roma 8:1-11; Lukas 13:1-9. “Aku berkata kepadamu: Tidak! Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Lukas 13:5)

Sejak zaman dahulu peristiwa buruk yang dialami oleh manusia atau suatu bencana seringkali menimbulkan komentar yang negatif. Sebab, orang kerap kali menghuhubungkan peristiwa yang buruk dengan kesalahan dan dosa-dosa masa lalu. Orang lebih cenderung untuk menghakimi daripada menemukan solusi untuk membantu dan mengatasi kemalangan.

Dalam Lukas 13, Yesus tidak menyetujui pandangan yang mengatakan bahwa orang yang mengalami kematian yang mengerikan pasti adalah orang yang sangat berdosa sehingga dihukum oleh Tuhan dengan cara itu. Memang rang-orang Yahudi di zaman Yesus bahkan sampai sekarang cenderung menghubungkan penderitaan dengan dosa.

Sejatinya peristiwa buruk bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Tuhan Yesus meminta kita untuk tidak menghakimi dalam bentuk apa pun. Ia meminta kita untuk melihat bahwa semua manusia berdosa dan harus bertobat. Ketika orang mengalami kemalangan, seharusnya kita hadir untuk memberikan harapan, penghiburan, dan pertolongan.

Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah menggambarkan manusia yang seharusnya menghasilkan buah dalam hidupnya tetapi tidak menghasilkan. Lewat perumpamaan ini Yesus mengingatkan kita bahwa waktu hidup manusia itu terbatas, dari sebab itu orang harus menggunakan setiap kesempatan untuk hidup benar dan menjadi berkat bagi sesama sebelum terlambat. Setiap malapetaka atau tragedi yang dialami manusia adalah suatu peringatan akan pentingnya bertobat. Sebab, kematian bisa terjadi secara tiba-tiba, mendadak, dan tidak terduga. Dari sebab itu, manusia harus selalu mempersiapkan diri, agar selalu siap ketika bencana menimpa kita. Ayub mengingatkan kita bahwa kemalangan dan bencana bisa menimpa orang benar maupun tidak benar. Yesus memberikan peringatan yang jelas agar kita bertanggung jawablah atas tindakan dan pilihan moral kita. Ia meminta kita menutup segala kemungkinan dosa sebelum dosa tersebut merusak hati, pikiran, jiwa, dan tubuh kita.

Setiap orang, tanpa kecuali, harus terus-menerus berobat sebelum mati. Kematian bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Tuhan memberi kesempatan pada manusia untuk bertobat dan berbuah. Jika seseorang terus-menerus menunda pertobatan dan tidak menghasilkan buah, ia akan binasa. Maka manusia harus mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Kebiasaan mentoleransi dosa dan memaafkan dosa-dosa berat akan menghasilkan buah yang tidak baik dan kehancuran. Tuhan dalam rahmat-Nya memberi kita rahmat dan waktu untuk berpaling dari dosa, tetapi sekaranglah waktu itu. Jika kita menundanya, bahkan meskipun hanya satu hari, kita bisa menemukan kasih karunia berlalu begitu saja dan kita menyesal bahwa waktu kita untuk menghasilkan buah sudah habis.

Dalam perumpamaan ini ada hal yang tidak kalah penting, yakni kesabaran sang pemilik pohon selama tiga tahun. Kita seharusnya tidak menganggap remeh kemurahan serta kesabaran Allah. Ia memberi kita waktu untuk berbuah. Namun, akan tiba pula waktunya Tuhan menunjukkan keadilan di dalam penghakiman-Nya. Di waktu yang telah ditentukan, pohon yang tidak berbuah akan ditebang, dan orang berdosa yang tidak ada gunanya akan dilemparkan ke dalam api. Oleh karena itu, lihat kehidupan kita saat ini, buah-buah apa saja yang telah kita hasilkan ?

Dengan pertobatan sejati manusia hidup menurut Roh, yakni  hidup yang dipimpin, dituntun, dan dibentuk oleh Roh Kudus, bukan oleh keinginan daging atau hawa nafsu (Rm. 8:1-11). Dalam hidup yang demikian ini pikiran berfokus pada hal-hal rohani dan menghasilkan hidup dan damai sejahtera. 

Untuk hidup dalam Roh orang perlu menempuh langkah-langkah berikut. Pertama, menerima Roh Kudus: tidak hidup dalam daging melainkan dalam roh. Hal inilah yang memungkinkan Roh Allah tinggal di dalam diri seseorang (Rm. 8:9). Kedua, mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang dari Roh, bukan hal-hal yang dari daging. 

Ketiga, melawan perbuatan daging dengan kekuatan yang diberikan oleh Roh Kudus untuk taat kepada kehendak Tuhan. Akhirnya, menghasilkan buah-buah Roh seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus, harus membiarkan Roh Allah tinggal dan berkuasa sepenuhnya dalam dirinya sehingga ia tidak melakukan keinginan-keinginan daging, melainkan melakukan hal-hal yang berkenan kepada Allah. 

Yang terpenting bagi orang Kristen adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk terus mengintrospeksi diri, bertobat dari dosa-dosa, dan menghasilkan hidup yang berbuah lebat. Dengan demikian ia akan menjadi berkat bagi banyak orang, sebelum semuanya terlambat ketika Tuhan datang untuk kedua kalinya.

Penulis

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *